Mohon tunggu...
Zaid
Zaid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

menulis adalah bekerja untuk keabadian...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setelah Drama Politik PPP

13 Mei 2014   17:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:33 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah Drama Politik PPP

Setelah drama politik yang sempat memanas, maka PPP mengakhiri segala praharanya dengan bermuara pada penetapan dukungan kepada Prabowo. Hasil ini tentu saja menggembirakan hati ketua umum PPP, Suryadarma Ali, yang memang sejak awal menambatkan hatinya pada Prabowo.

Pada masa kepemimpinan Suryadarma Ali suara PPP mencapai kenaikan, walaupun tidak besar yaitu 6,53 persen dari tahun 2009 yang hanya 5,6 persen. Memang rata-rata pencapaian suara partai islam ataupun partai berbasis massa islam mengalami kenaikan. Namun sampai pemilu ini belum ada partai islam yang mampu menjadi partai papan atas. Hasil pemilu legislatif tahun ini tetap menempatkan partai islam di papan tengah.

Langkah keliru SDA

Setidaknya ada dua langkah keliru Suryadarma Ali (SDA) dalam prahara PPP tempo lalu. Pertama, kehadiran pada kampanye partai Gerindra di Gelora Bung Karno. Masa kampanye adalah waktu penting dimana setiap partai berusaha untuk memaksimalkan waktu yang tersedia, namun SDA beserta segenap jajaran DPP malah menyempatkan diri hadir di kampanye partai lain.

Kehadiran SDA ini tentu saja menjadi pemicu konflik. Kehadirannya sebagai indikasi kuat bahwa ia berkeinginan untuk menjalin koalisi dengan Gerindra. Namun komunikasi SDA yang kurang baik di internal PPP menjadikan langkahnya terhambat oleh sebagian punggawa yang menghendaki koalisi dengan Jokowi.

Kedua, pemecatan SDA tak lama setelah konflik ini mencuat membuat keadaan semakin runyam. SDA tak cukup mempunyai power untuk ‘menekan’ anak buah yang memprotes kebijakannya. Akhirnya perlawanan pun tak bisa dihindari. SDA menghadapi situasi sulit dibawah ancaman pelengseran dirinya dari jabatan ketua umum.

Namun drama politik itu kini berakhir sudah. PPP telah memutuskan untuk mendukung Prabowo. Keputusan yang amat melegakan SDA.

Langkah ideologis?

Langkah PPP menggandeng Prabowo apakah merupakan langkah ideologis? Jatuhnya pilihan kepada Prabowo, seperti dikutip dalam pemberitaan media, didasarkan pada aspek keberpihakan Prabowo atas aspirasi umat islam.

Membangun koalisi memang tidak bisa dilepaskan dari aspek ideologis dan emosional. Ini menunjukkan bahwa perpolitikan Indonesia belum sepenuhnya terjatuh dalam pragmatisme akut. Masih ada percik ideologis yang mempengaruhi keputusan memilih koalisi.

Sayangnya, amat sulit untuk menemukan kembali koalisi berbasis ideologis tegas, antara partai islam dan nasionalis. Walaupun untuk saat ini kategorisasi hal itu juga kurang relevan. Perilaku partai saat ini cenderung merangkul kedua elemen tersebut. Partai nasionalis juga berusaha ‘tampak’ islami, dan partai islam juga mengaku sebagai nasionalis. Dan mungkin trend politik ke depan pun akan semakin menipiskan sekat antara islam dan nasionalis.

Kini, SDA hanya perlu memastikan bahwa gerak PPP solid dari pusat hingga struktur terbawah. Jangan sampai riak-riak perpecahan atau masih ada struktur yang berpaling dari keputusan partai. Walaupun saat pilpres ini berakhir SDA tak akan lagi menjadi nahkoda PPP.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun