Mohon tunggu...
tri rahayu
tri rahayu Mohon Tunggu... -

just a simple girl but not a simple mind

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin Harus Apa Adanya, Bukan Ada Apanya

1 Juli 2014   18:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:58 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14041883042009535787

[caption id="attachment_313504" align="alignleft" width="300" caption="foto: istimewa"][/caption]

Dalam pertarungan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 yang semakin seru, masyarakat harus semakin pintar dalam melihat sosok pemimpin yang akan dipilihnya. Berbagai cara dilakukan calon presiden (capres) untuk menarik simpati masyarakat. Seperti yang dilakukan capres nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi), yang naik bajaj untuk menunjukkan kesederhanaannya, kemana-mana naik Kijang Innova, meskipun memiliki beberapa mobil mewah, selalu bicara tidak punya uang banyak, padahal dia adalah seorang pengusaha sukses.

Semua kesederhanaan yang ditunjukkan Jokowi dan dicover oleh banyak media membuat mantan Walikota Solo ini menghasilkan popularitas yang luar biasa. Sementara di kubu capres nomor urut 1, cenderung diasumsikan sebagai sosok kaya. Beberapa media yang pro-Jokowi sempat menampilkan rumah Prabowo di Hambalang yang menempati lahan sangat luas, gaya personal Prabowo yang suka naik kuda mahal, helikopter dan fasilitas lainnya.

Sekilas, ada sebuah kontra penampilan antara dua calon pemimpin Indonesia ini. Dari dua penampilan berbeda inilah, masyarakat harus jeli melihat sosok pemimpin, mana yang tampil apa adanya dengan pemimpin yang ada apanya.

Maksudnya pemimpin apa adanya adalah yang jujur, tidak menipu dan tampil sesuai dengan apa yang dimilikinya. Pemimpin apa adanya adalah yang tidak berbohong kepada rakyatnya, bicara jujur dan berpegang pada janji yang diucapkannya. Memaknai pemimpin yang apa adanya ini penting bagai seluruh masyarakat.

Indonesia adalah bangsa yang besar, negara yang besar, sehingga dibutuhkan pemimpin yang kuat, tegas dan amanah. Indonesia butuh pemimpin yang jujur, mau tampil apa adanya, dan bukan ada apanya. Masyarakat Indonesia butuh pemimpin orisinil, bukan setingan atau yang sengaja diciptakan untuk sekadar meraih simpati. Indonesia butuh pemimpin yang memiliki visi besar dan konsep kebangsaan, yang bisa membawa negara ini menjadi bangsa yang dihormati dan disegani, serta membawa rakyatnya makmur-sejahtera.

Kembali kepada dua sosok calon pemimpin yang saat ini bertarung dalam Pilpres 2014. Prabowo sering ditampilkan sebagai sosok tegas dan memiliki banyak fasilitas. Kenyataannya memang begitu, Prabowo memiliki latar belakang militer. Soal ketegasan dan kedisiplinan sudah menjadi keharusan bagi seorang prajurit. Soal gaya hidup, Prabowo juga tampil apa adanya. Realitasnya, Prabowo memiliki helikopter, memiliki rumah bagus dan lahan luas, memiliki kuda dengan harga mahal. Namun Prabowo tidak menyembunyikannya.

Dia tampil ada apa adanya dengan tidak menyulap dirinya untuk tampil sesederhana mungkin. Dengan apa yang dimilikinya, justeru kesederhanaan bisa dilihat dari sosok Prabowo. Dia tidak sungkan untuk turun ke pasar, tidak takut becek, ketika harus bergaul dengan para petani. Prabowo juga tidak takut berdesakan dan berbaur dengan masyarakat. Prabowo juga tidak canggung mengangkat cangkul, naik kapal nelayan. Namun, semua itu dilakukan dengan apa adanya, tidak diblow-up secara masif di media.

Sementara itu dengan Jokowi, capres nomor 1 ini begitu luar biasa tampil di media dengan sosok sederhananya. Namun, penampilan Jokowi mulai memunculkan tanggapan dari sejumlah pihak. Beberapa fakta mengemuka bahwa sebelum menjadi Walikota Solo, Jokowi adalah seorang pengusaha sukses, menjadi anggota KADIN (Kamar Dagang Indonesia), banyak melakukan ekspor ke luar negeri. Jokowi juga memiliki beberapa mobil mewah, diantaranya Lexus. Namun, sejauh ini Jokowi selalu berkata dirinya hanya petugas partai, tidak memiliki apa-apa dan selalu mencitrakan sebagai pemimpin yang lahir dari rakyat. Padahal, kalau mau jujur, dia adalah pemimpin yang lahir dari partai. Sesuai dengan apa yang selalu diucapkannya, Jokowi selalu bilang menunggu arahan partai, menunggu keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Dari beberapa fakta tersebut, kita bisa menilai Jokowi, dia masuk dalam kategori pemimpin seperti apa? Ketika memenangkan Pilgub DKI Jakarta, Jokowi berjanji tidak akan meninggalkan Ibukota, ketika ditanya mengenai peluangnya menjadi capres. Ini menjadi sebuah kehilangan besar masyarakat Jakarta, karena Jokowi yang lebih memilih keinginan partai, akhirnya maju sebagai capres.

Lagi-lagi kita dihadapkan pada fakta, Jokowi tidak tampil dengan dirinya sendiri. Dia lebih banyak disetir oleh partainya atau dalam hal ini PDIP. Dan, dengan fakta-fakta yang ada, masyarakat bisa menilai, mana pemimpin yang apa adanya dan mana pemimpin ada apanya? (***)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun