Belakangan ini ramai diperbincangkan keputusan pasangan nikah yang tidak ingin mempunyai anak atau Child Free. Reaksi orang tentunya beragam terhadap hal ini ada yang pro dan ada juga yang kontra.Â
Orang influencer di Instagram bernama Gita Savitri Devi bersama suaminya yang memutuskan untuk child free. Menurutnya memiliki anak adalah sebuah keputusan besar. Ada ketakutan dalam dirinya jika dia memiliki anak apakah dia bisa mengurusnya dengan baik, Gita Safitri Devi khawatir akan memberikan luka pada anaknya kelak jika dia di amanahi seorang anak oleh Tuhan.
Child free sendiri adalah utusan pasangan nikah yang tidak ingin memiliki anak berbagai alasan. Hari ini tentu saja menimbulkan reaksi beragam, apalagi masyarakat Indonesia yang kental akan agama dan budayanya. Karena dalam agama dan budaya yang ada di Indonesia tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan.
Pada kurun waktu tahun 2000 sampai 2010 dan 2010-2020 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami penurunan angka kelahiran, yang mulanya pada angka 1,49% turun menjadi hanya 1, 25%. Pada 2019 sendiri angka kelahiran kasar per 1000 penduduk hanya mencapai 17,75%Â
Child free boleh dilakukan asalkan memang keputusan bersama dari kedua belah pihak pasangan. Disetujui secara sadar tanpa paksaan serta menghargai hak-hak masing-masing tubuh dari pasangan tersebut. Biasanya orang-orang yang meributkan mengenai child free adalah outsider atau orang-orang di luar justru tidak ada hubungannya dengan pasangan yang memutuskan untuk child free.
Child free sejatinya telah ramai di beberapa negara terutama negara-negara maju seperti Amerika, Korea, Swedia. Bahkan di negara-negara tersebut kaum mudanya justru cenderung tidak ingin menjalin hubungan pernikahan.Â
Orang yang menikah namun tidak ingin memiliki anak atau keturunan tentu saja memiliki alasannya masing-masing, mulai dari faktor ekonomi, mental, psikologis bahkan juga faktor kesehatan. Karena tidak semua orang siap untuk memiliki anak.
1. Faktor ekonomi atau finansial. Pasangan yang memilih child free dengan alasan faktor ekonomi atau finansial biasanya memiliki pemikiran ke depan. Karena yang akan mereka urus adalah sosok manusia hidup bernyawa yang tentu saja harus diurus dengan baik agar menjadi manusia yang berguna bagi lingkungan sekitar maupun dirinya sendiri.Â
Seseorang dengan finansial atau ekonomi rendah memutuskan untuk memiliki anak tanggungan kehidupannya akan bertambah dan ketika tidak siap sesuatu yang buruk pasti terjadi.
2. Faktor mental/psikologis. Pasangan dengan alasan faktor mental atau psikologis dan memilih untuk child free biasanya pun memiliki pandangan ke depan. Ada ketakutan di mana mereka tidak bisa mengurus seorang anak secara baik karena tidak memiliki pemahaman mengenai mengurus anak (parenting). Keluarga yang juga tidak sepenuhnya sukses dalam mendidik anak sehingga ada ketakutan tersendiri bagi para pasangan ketika memikirkan untuk memiliki anak.