Dunia bisnis di Indonesia mengalami transformasi yang begitu pesat seiring dengan perkembangan teknologi digital, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah pengguna internet. Pada awal tahun 2024 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023. Ini berarti tingkat penetrasi internet di Indonesia menyentuh angka 79,5%, angka ini naik sebesar 1,4% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Peningkatan pengguna internet ini pastinya mendorong pesat pertumbuhan di sektor e-commerce. Era e-commerce telah mengubah cara konsumen berbelanja, karena memberikan kemudahan dan aksesibilitas yang tak terbatas.
     Di dunia digital ini, tantangan yang dihadapi bisnis tradisional semakin kompleks. Pesatnya pertumbuhan e-commerce telah mengubah lanskap bisnis sepenuhnya. Konsumen menikmati manfaat dari belanja online, sehingga memaksa bisnis tradisional untuk beradaptasi atau tergilas karena perubahan zaman. Transformasi digital bukan hanya sekedar pilihan, namun juga menjadi kebutuhan bagi bisnis tradisional yang ingin eksis dan bertahan dalam persaingan bisnis yang ketat. Transisi dari bisnis tradisional ke bisnis digital memang tidaklah mudah. Banyak bisnis tradisional enggan melakukan perubahan karena berbagai alasan seperti kurangnya pengetahuan tentang teknologi, keterbatasan sumber daya, atau ketakutan akan perubahan. Padahal, melalui transformasi digital, bisnis tradisional dapat membuka peluang baru, meningkatkan efisiensi, dan memperluas akses pasar.
     Salah satu kunci keberhasilan transformasi digital adalah membangun kehadiran online yang kuat. Bisnis tradisional memerlukan situs web atau aplikasi mobile yang mudah dipahami konsumen dengan tampilan menarik. Selain itu, penggunaan media sosial juga penting untuk meningkatkan visibilitas merek dan berinteraksi langsung dengan pelanggan. Selain itu sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa 80% konsumen lebih memilih melakukan pembayaran secara digital. Oleh karena itu, bisnis tradisional juga harus segera beradaptasi dengan menyediakan opsi pembayaran digital untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Data yang dihasilkan dari aktivitas online juga dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih baik.Â
      Selain menciptakan kehadiran online, bisnis tradisional juga harus melakukan inovasi terhadap produk atau layanan yang mereka tawarkan. Dengan memanfaatkan teknologi digital, bisnis tradisional dapat menciptakan produk atau layanan yang lebih inovatif dan memenuhi kebutuhan konsumen modern. Banyak tugas yang sebelumnya dilakukan secara manual kini dapat diotomatisasi, seperti pengelolaan inventori, pemrosesan pesanan, dan pembukuan. Hal ini menghemat waktu dan tenaga serta mengurangi risiko Human Error. Transformasi digital bukannya tanpa tantangan, banyak bisnis tradisional yang masih menghadapi permasalahan. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk memberikan pelatihan, pendanaan, dan dukungan lainnya kepada pelaku bisnis tradisional.
      Transformasi digital adalah sebuah keharusan bagi bisnis tradisional yang ingin bertahan dan berkembang di era e-commerce. Dengan memanfaatkan teknologi, bisnis tradisional dapat meningkatkan daya saing, memperluas jangkauan pasar, dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Perjalanan transformasi digital juga cukup panjang dan kompleks, namun hasilnya akan memuaskan. Oleh karena itu, penting bagi bisnis tradisional untuk terus belajar dan beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi. Dengan demikian, usaha tradisional dapat tetap aktif di pasar digital dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H