Pagi tadi mendapat kiriman WhatsApp (WA) ucapan Selamat Hari Surat Menyurat Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober, hari ini. Saya tersenyum teringat kenangan masa lalu yang sudah sangat lama berlalu. Di mana pada masa itu saya punya hobi, salah satunya adalah sahabat pena. Dengan hobi tersebut saya memiliki banyak teman yang tersebar hampir di seluruh nusantara. Dari mana saya mengenal mereka? Dari majalah remaja yang sering pinjam dari teman depan rumah.
Rasa senang mendapat teman baru serasa lengkap dengan aktivitas surat menyurat. Setiap pulang sekolah, ada sensasi penantian saat menunggu pak pos lewat depan rumah. Sensasi tersebut serasa meledak ketika terdengar bunyi sepeda kumbang pak pos “kring.. kring.. kring..”. Sangat senang sekali ketika menerima uluran tangan disertai kiriman surat dari pak pos.
Surat yang masih tertutup rapat, seperti harta karun turun dari langit. Dipeluk, dicium sambil melompat-lompat kegirangan. Membuka amplop dengan sangat hati, lipatan surat diperhatikan detilnya. Kemudian membacanya di kamar. Kian unik lipatan suratnya, kian menarik surat tersebut.
Karena hobi sahabat pena, saat itu saya juga memiliki hobi sampingan yang tidak jauh dari urusan persuratan. Di antaranya adalah hobi mengumpulkan kertas surat, amplop surat, stiker, perangko. Hobi tersebut kian berkembang dengan sering ikut tukar menukar koleksi sesama teman. Semua tersimpan rapi dalam album. Termasuk album foto sahabat pena. Tidak bisa tidur jika sehari saja saya tidak menyentuh koleksi-koleksi tersebut. Warna dan gambar yang bagus-bagus membuat kian semangat menulis surat balasan untuk sahabat pena.
Masa-masa dering sepeda kumbang pak pos saat ini sudah sulit didengar. Kalau masih ada pak pos datang ke rumah, adalah untuk mengantarkan kiriman paket dan menggunakan sepeda motor. Kini kabar berita banyak disampaikan melalui media sosial (medsos). Jaringan interner memudahkan akses pengiriman kabar secepat mungkin.
Jarak yang jauh menjadi terasa dekat. Jika dulu untuk menunggu surat balasan bisa sampai seminggu sebulan dengan rasa menanti yang mendebarkan, kini semua serba instan. Tinggal klik senddalam hitungan menit bahkan detik berita sudah sampai kepada penerima. Tanpa ada sensasi penantian yang mendebarkan. Akibatnya lambat laun pak pos tak lagi mengantarkan surat seperti dulu.
Kemajuan teknologi memang sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran aktivitas apapun. Tetapi kemajuan teknologi tanpa disadari telah menghilangkan (baca: mengurangi) banyak hal yang sebelumnya ada di masyarakat. Salah satunya adalah berkurangnya minat berkirim surat pada generasi teknologi modern saat ini. Dengan semakin minimnya minat menulis surat tersebut, kini pak pos tak lagi bertugas mengantarkan surat sepserti dulu. Padahal keberadaan kantor pos saat ini sudah merambah sampai di kampung-kampung padat penduduk. Kemana perginya pak pos pengantar surat?
Pemerintah perlu menggali lagi minat menulis surat untuk generasi teknologi canggih saat ini, agar budaya menulis tetap terpupuk dengan baik. Menulis surat kepada sahabat di selembar kertas juga merupakan bagian dari kegiatan literasi. Dengan menulis surat sebenarnya setiap insan melakukan eksplorasi daya pikirnya, sedangkan untuk mengeksplorasi daya pikir agar selalu berkembang diperlukan membaca untu menambah wawasan. Dengan bangkitnya gairah menulis surat pada generasi teknologi modern, tidak hanya budaya literasi yang kian bangkit tetapi giat pak pos sebagai pembawa berita akan semakin dikenal oleh berbagai generasi. Selamat Hari Surat Menyurat Sedunia. (twp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H