Menulis itu dibilang mudah ya, mudah. Menulis itu dibilang susah, ya susah. Ibaratkan dua sisi mata uang. Menulis dikatakan mudah karena pada dasarnya setiap orang bisa menulis. Bahkan setiap hari orang pasti akan melakukan aktivitas menulis. Hal ini entah disadari atau tidak. Misalnya saja, menulis daftar belanja harian atau bulanan, menulis di medsos, menulis diay, menulis teka-teki silang dan lain sebagainya. Bahkan anak TK pun pasti akan dengan senang hati beraktivitas dengan alat tulisnya untuk belajar menulis huruf-huruf yang baru dikenalnya. Tak jarang orang tua di saat seperti ini turut berperan serta mengajarkan si anak TK tersebut menulis. Dalam hal ini menulis sangat terasa mudah sekali.
Menulis dikatakan susah, bila yang ditulis itu dengan sengaja digunakan untuk dibaca oleh orang lain. Maka kegiatan tak lagi sekedar menulis begitu saja, melainkan juga dibutuhkan pengetahuan untuk memperluas makna tulisan. Dari mana diperoleh pengetahuan untuk menulis. Tentu saja, dari membaca. Bukankah dengan membaca pengetahuan kita bertambah? Maka pengetahuan tersebut dapat dijadikan bahan dasar tulisan kita.Â
Bila hasil karya tulisan kita dapat mengispirasi adanya perubahan pada diri orang lain, itu artinya kita telah mengajarkan orang lain melalui tulisan. Mengajar sejatinya tak harus di dalam kelas atau di lapangan untuk pelajaran olah raga, misalnya. Dengan menulis, berarti kita telah melakukan kegiatan mengajar secara nonverbal kepada orang lain, dan mengajar secara nonverbal ini bisa dilakukan dimana saja serta kapan saja. Jadi, sudahkah Anda yang mengaku calon penulis sudah melakukan aktivitas membaca dan menulis untuk menghasilkan sebuah karya yang baik dan berguna?
Dari seminar-seminar kepenulisan yang saya ikuti, untuk bisa menjadi penulis ada persyaratan yang harus dilakukan, yaitu 3M + 3M. 3M pertama antara lain Membaca, Membaca, Membaca. Sedangkan 3M kedua antara lain Menulis, Menulis, Menulis. Bila dilperhatikan dengan seksama, sebenarnya hanya terdapat dua aktivitas yaitu Membaca dan Menulis. Tetapi kedua aktivitas tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang. Dengan demikian, tidak hanya pengetahuan kita untuk menulis bertambah, tetapi juga keterampilan menulis kita akan semakin tajam dan terasah. Jadi tunggu apalagi melakukan 3M + 3M untuk bisa mnghasilkan tulisan dan mengajar masyarakat pembaca.
Salam
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H