Turki , siapa yang tidak mengenal Negeri yang indah ini , Negeri yang selalu menjadi topik perbincangan di kalangan “traveller” karena sejarahnya yang tersimpan , Negeri yang memiliki daya magnet tersendiri di hati generasi muda untuk mengemban pendidikan dinegeri ini. Sejarah di Negeri ini yang kaya akan sejarah Islam dan Utsmani tidak akan ada habisnya bila diceritakan. Dibalik keindahan – keindahan sejarah di bumi Al Fatih ini, ada satu sejarah dan sebuah ilmu Islam , Iman dan Tauhid yang harus dikaji dan dipelajari dari Negeri asalnya yaitu Risalah An Nur.
Risalah An Nur dan Sang Baddiuzaman
Apa itu Risalah An Nur ? Mungkin kalimat ini asing di telinga kita, tetapi sesuatu yang asing itulah yang menjadi sumber ilmu ukhrawi dan duniawi yang akan menjadi perantara mendekatkan diri dan meningkatkan tauhid serta iman kepada sang pencipta. Risalah An Nur dengan tokohnya “ Sang Baddiuzaman “ Ust. Said Nursi yang mampu melahap ilmu sharaf , nahwu , manthiq , tafsir , kalam serta ilmu – ilmu modern seperti ilmu matematika , geologi , fisika , kimia , astronomi , sejarah , geografi , filsafat dan ilmu – ilmu lainnya dikuasai dalam hitungan waktu yang singkat.
Siapakah Baddiuzaman Said Nursi itu ? Yuk kita kenalan dulu , seperti peribahasa Indonesia Tak kenal maka tak sayang , tak kenal yuk kenalan. Baddiuzaman Said Nursi adalah seorang ulama Turki , lahir pada tahun 1877 Masehi di kampung Nurs, daerah Khizan , Bitlis Turki. Ia adalah putra dari pasangan penghafal Al Quran dan seorang alim , Mirza dan Nuriye . Hafalannya sangat kuat, cerdas dan sifatnya yang pemberani serta menamatkan semua ilmu tentang tauhid di zaman daulah utsmaniyah dalam waktu tiga bulan. Lalu kenapa diberi gelar “ Baddiuzaman “ ? Baddiuzaman berasal dari bahasa Arab yang berarti sosok yang paling berpengaruh atau dalam bahasa Turki disebut dengan Zamanın Harikası( Tokoh yang memiliki pengaruh kuat di zaman itu( Red : Zaman Utsmaniyah ) . Melalui ujian yang diberikan oleh guru – guru beliau dan semua kajian ilmu yang diikuti membuat semua orang mengakui kehebatan dan kemampuan beliau dalam berargumentasi, karena hafalannya yang kuat dan sikap bijaknya. Guru beliau, Mullah Abdullah memberi gelar Baddiuzaman kepada beliau selama masih berusia anak – anak.
Ust. Baddiuzaman Said Nursi menghabiskan masa mudanya dengan ilmu dan tarbiyah nafsiyah . Baddiuzaman pergi ketempat – tempat pengajian seperti Bitlis , Shirwan , Sir’id , Tello dan Mardin serta ke sekolah – sekolah di kawasan itu. Beliau mengadakan pertemuan bersama para ulama terkemuka. Pada suatu hari, saat Ust. Said Nursi sedang singgah di kediaman Gubernur Van , ia membaca sebuah berita di koran yang kemudian mejadi titik tolak perubahan dalam hidup beliau. Bahwa seorang menteri negeri penjajah Inggris , Sir William Ewart Gladstone di kantornya sedang memegang Al Qur’an berkata “ Selama Al Qur’an ini ada ditangan ummat Islam, kita tidak bisa menguasai mereka. Yang perlu kita lakukan adalah merampas Al Qur’an dari tangan mereka atau kita jauhkan mereka dari Al Qur’an”. Hal ini sangat meninggalkan kesan yang mendalam dalam diri beliau. Beliau bersumpah “ Aku akan membuktikan dan memperlihatkan bahwa Al Qur’an adalah sebuah mentari maknawi yang tidak akan pernah padam dan tidak dapat dipadamkan”. Sejak itulah beliau mewakafkan penuh dirinya hingga akhir hayatnya bahkan hingga saat ini untuk mewujudkan sumpahnya itu.
Said Nursi mulai menulis cahaya – cahaya di kampung kecil dengan kondisi jalan – jalannya yang sempit. Ia menulis cahaya Al Qur’an sebagai sarana dan obat bagi penyakit spritual , rohani di zaman ini dan menjadi sarana bagi kebahagiaan akhirat dan kaum beriman. Karya – karya beliau ini menjelaskan secara rinci hakikat iman, tauhid yang bersumber dari Al Qur’an. Ia dibantu oleh murid-muridnya , seperti Husrev Altin Basak , murid sekaligus orang kepercayaannya, dalam menjaga dan menyebarkan risalah ini. Risalah ini menjadi obat penawar rohani bagi jutaan umat manusia.
Risalah An Nur “Permata Al Qur’an”
Risalah An Nur adalah sebuah tafsir maknawi yang menyampaikan permata dan keindahan Al Qur’an yang agung dan berharga bagi manusia dengan akal dan hati serta sebagai pengajaran ilmu kalam yang kuat. Risalah An Nur memiliki kekuatan ilmu dan pemikiran yang bisa menjawab kebutuhan ma’nawi masa kini dan masa yang akan datang. Asal, asa, sumber dan ruh dari Risalah An Nur adalah membenarkan hakikat – hakikat keimanan dari sisi keimanan kepada yang gaib melalui penjelasan rahasia Al Qur’an dengan Haq al yakin .
Jatuh Cinta Pertama Pada Risalah An Nur
Risalah An Nur membuat tauhid dan keimanan kepada Allah Swt semakin tinggi dan semakin cinta yakepada Allah Swt. Sama seperti pertama kalinya saya mengenal dan akhirnya jatuh cinta pada hal yang satu ini. Tahu kan bagaimana rasanya jatuh cinta. Indah , ya indah sekali. Tapi jatuh cinta yang saya rasakan setelah membaca dan mempelajari risalah ini adalah jatuh cinta sebenar – benarnya cinta kepada Sang Maha Penguasa, Sang Khalik Yang Maha Esa , Allah SWT. Pertama kali saya mengenal dan berkenalan dengan risalah An Nur dan akhirnya membuat diri ini jatuh hati , dipenuhi dengan pesona merah muda yang menawan, berawal dari sebuah cerita maknawi yaitu “Bismillah” . Saat itulah pikiranhati dan akal ini terbuka bersamaan , Risalah An Nur bukan sekedar teori yang bla bla bla , tapi mengajak seluruh kemampuan diri untuk bekerja dan berfikir akan nikmat dari Allah Swt. Risalah An Nur , menceritakan dan memberitahu hakikat hakikat itu sesuai dengan masanya. Sangat pas dan cocok , dengan keadaan umat manusia saat ini. Risalah An Nur bagi saya bukan sekedar buku bacaan biasa, namun sebuah nafas kehidupan , sebagai jembatan dalam meraih cintaNya. Karena Risalah An Nur menguak cinta dan rahasia alam semesta.
Apa Isi Yang Membuat Jatuh Hati Itu ?
Inilah pelajaran pertama saat itu yang membuatku langsung tanpa basa basi , jatuh hati padaNya
Bismillah merupakan awal dari setiap kebaikan, dengan mengucapkannya kita memulai sesuatu. Ketahuilah, wahai jiwaku, kalimah yang diberkahi ini bukan hanya sebagai syiar Islam, melainkan ia juga wirid yang dilafalkan seluruh wujud melalui lisanul hal (bahasa actual) mereka. Jika engkau ingin memahami bahwa “bismillah” merupakan kekuatan dahsyat yang tak akan berkurang serta berkah yang tak akan habis, maka renungkanlah dan dengarkan hikayat perumpamaan yang ringkas ini :
Seseorang yang mengembara di padang pasir Arab badui, jika ia ingin selamat dari gangguan perampok dan berhasil mencapai tujuannya, ia harus menyandangkan dirinya pada nama ketua kabilah dan berlindung padanya. Jika tidak, dia akan menderita sendirian dalam kondisi cemas dan gelisah menghadapi musuh dan segala kebutuhan yang tidak terhingga.
Maka, dalam perjalanan serupa, terdapat dua orang yang bepergian melewati padang pasir. Salah seorang di antara mereka rendah hati, dan yang lain sombong. Si rendah hati sudi menyandangkan diri ke ketua kabilah , sedangkan si sombong tidak menyandangkan dirinya. Maka orang yang sudi menisbahkan diri itu bisa mengembara dengan selamat di semua tempat. Jika bertemu dengan perampok dia berkata “Aku mengembara atas nama kabilahku”. Perampok itu pun pergi dan tidak berani mengganggunya. Bahkan setiap kali dia memasuki sebuah kemah dengan menyebutkan nama kabilahnya , dia dihormati. Sementara itu, pengembara yang sombong menemui berbagai musibah dan cobaan tak terbayangkan sepanjang perjalanan. Dia senantiasa diliputi perasaan takut dan seringkali meminta – minta , sehingga membuat dirinya terhina.
Wahai jiwaku yang terperdaya! Engkaulah pengembara itu, dan dunia ini padang pasirnya. Kelemahan dan kefakiranmu tak terbatas. Musuh dan hajatmu tiada berujung. Selama demikian, maka sandanglah nama Al Malik ( Pemilik) Hakiki dan Al Hakim ( Penguasa) Abadi dalam mengarungi padang pasir ini, agar engkau selamat dari meminta – minta pada makhluk serta tidak cemas menghadapi setiap peristiwa.
Tentu , kalimah bismillah ini merupakan khazanah penuh berkah. Dengan kalimah ini, seluruh kelemahan dan kefakiranmu yang tiada berujung itu tertambat pada Rahmat dan Qudrat yang amat luas. Dengan kalimat ini, kelemahan dan kefakiranmu menjadi syafaat yang paling makbul di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa dan maha penyayang.
Bismillah sebagai pembuka merupakan zikir. Alhamdulillah sebagai penutup merupakan syukur. Sementara di tengah antara keduanya adalah piker., yaitu bertafakur merenungkan dan menyadari bahwa nikmat nikmat berharga tersebut merupakan mukzizat dari kodrat Tuhan Yang Maha Esa serta hadiah Rahmatnya.
Sebuah Kisah : Refleksi Cinta Dari Kalimat “Bismillah”
Belajar Risalah An Nur dan Bahasa Turki bersama sahabat – sahabat ditemani dengan derasnya hujan berjam - jam lamanya. Dan selepas belajar pun hujan masih menemani, hingga akhirnya memutuskan untuk menunggu hujan berhenti sambil menyantap sepiring nasi goreng tak jauh dari gedung PUI. Waktu terus bergerak , alih alih menunggu hujan reda , namun tak kunjung mereda. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk tetap pulang , walau hujan deras disertai angin kencang dan kabar mengenai penutupan jalan karena banjir di beberapa tempat yang akan kulalui.
Rasa takut sempat menghampiri, namun teringat akan pelajaran hari itu , "Kalimat Bismillah", berpergian lah atas nama Allah , dan selalu mengucapkan Basmallah sebagai awal permulaan aktifitas. Dengan mengucap Bismillah akhirnya kulalui jalan - jalan yang lengang itu. Hingga akhirnya tiba di salah satu jalan utama di daerah Tebet , Allahu Akbar banjir menutupi jalan utama , dan akhirnya aku harus melalui jalan yang lain, jalan yang tak dilalui seorang pun di malam itu, atas Nama-Nya dan memohon perlindunganNya, aku lalui jalan panjang yang penuh kekhawatiran namun tenang kulalui. Namun, di tengah jalan kudapati banjir menghadang kembali di kawasan Jatinegara, Allahu Akbar atas segala kuasanya, dzikir tak luput kuucapkan , kebingungan melandaku bagaimana aku akan melewati jalan yang penuh air itu, dan waktu menunjukkan hari berikutnya tak ada kendaraan lain yang lewat di jalan ini ? Khawatir motor yang kukendarai tak sanggup melewati nya, terlebih saat itu handphoneku dalam keadaan tidak aktif. Dengan penuh keyakinan , kulalui nya atas asmaNya. Bismillah, atas namaMu aku berlindung dan berserah diri. Hampir saja motor yang kukendarai menunjukkan kelemahan mesinnya, dan aku kembali berucap , “Ya Allah , hanya padaMu aku berserah diri, mudahkanlah perjalanan hambaMu ini kembali kerumah, selepas menuntut ilmuMu ya Rabb”. Alhamdulillah, Allah Maha Kuasa , dan tak ada kendala yang kurasakan. Hingga jarak yang kutempuh sudah hampir mendekati jarak terdekat menuju kediaman. Bahkan sepanjang jalan yang kulalui , kulihat dan kutemui beberapa kendaraan yang berdiam diri karena mesin mereka tak kuat menahan air hujan , dan beberapa ada yang masuk kedalam lubang karena tak terlihat lubang –lubang dalam perjalanan itu. MasyaAllah betapa dahsyatnya sebuah kalimat itu , ya “Bismillah” . Kalimat singkat namun memberikan dampak dan refleksi yang sangat luar biasa dalam kehidupan.
Yuk sahabat semua yang selalu dalam lindungan Allah SWT , “Berpegang Teguhlah Atas Nama Allah, dan Allah akan memberimu kemudahan dan keselamatan dalam setiap aktifitas”. Memulai sesuatu atas nama Allah, memberi atas nama Allah, bekerja atas nama Allah, dan mengambil sesuatu atas nama Allah, dan lakukan semuanya atas nama Allah. InsyaAllah keberkahan Allah selalu bersama kita.
Berencana mengunjungi Turki ? Jangan lupa untuk menyempatkan diri mempelajari jejak – jejak Baddiuzaman Said Nursi di negeri ini. Bukan sekedar wisata yang akan kalian dapat tapi nilai ruhani dan maknawi yang akan membuat diri semakin cinta kepadaNya. Temukan Cinta dari setiap lembaran ilmu dan kata yang terukir darinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H