Matahari tak bersahabat denganku hari ini. Kalau saja aku adalah sebutir telur mungkin aku telah siap menjadi santapan bergizi, karena panas terik mampu membuat tubuhku matang. Tapi aku bukan sebutir telur , aku hanya perempuan kecil yang berusaha untuk menjadi cangkang bagi isi telur. Cangkang telur yang lemah namun keras , selalu berusaha melindungi isi dari telur itu, melindungi dan menjadi penghangat baginya. Walaupun banyak hal yang dapat merusak cangkang , namun cangkang akan terus menjaga dengan sepenuh hati dan kedamaian, hingga cangkang akan menghasilkan isi telur yang indah......
Sama seperti cangkang, aku hanyalah perempuan kecil biasa dan tak istimewa. Aku hanya perempuan yang selalu berusaha menjadi berarti bagi mereka. Aku hanya ingin melihat mereka tersenyum. Tersenyum sumringah dan berkata “ Kak, aku kelak akan memimpin Negeri ini”. Mereka adalah sosok penerus perjuangan negeri ini. Semangat merekalah yang akan menjadikan negeri ini hidup.
Aku terus menyusuri jalan raya di sudut kota metropolis, kota elit yang disesaki bangunan mewah bak istana dan juga mobil elegan yang berlalu lalang. Dan aku akan datang ke salah satu bangunan di balik gedung pencakar langit itu, salah satu istana mewah yang terbangun di sana. Istana itu sangat berbeda dari yang lainnya.
Setelah menyusuri kelokan jalanakhirnya aku sampai di istana yang kumaksud. Menyusuri jalan , lorong kecil yang sangat indah. Di sudut masjid kulihat anak – anak kecil menyambut dengan penuh senyum, mereka bersorak bahagia , dan menghampiri seraya berkata “Kakak hari ini kita belajar apa? Kakak teman teman sudah menunggu. Kakak kita belajar agama yuk. Kakak ceritain aku kisah Nabi yaa” . Disinilah istana yang kumaksud, istana anak – anak yang memiliki mimpi luar biasa untuk menjadi pemimpin Negeri. Istana ini bukan terbuat dari batu batu mahal, atau dibuat dengan nilai puluhan juta. Tapi istana ini terbuat dari batu biasa namun dibangun dengan ikhlas , cinta dan kasih. Inilah komplek istana , yang dihuni oleh kaum marginal, orang tua mereka yang bekerja mengais rezeki melalui botol – botol plastik di setiap ujung jalan , dimanapun dan kapanpun. Walaupun mereka hidup dari botol – botol plastik, namun semangat bocah – bocah itu tak seperti botol plastik. Kegigihan mereka layaknya besi besi kokoh , kokoh untuk meraih setiap mimpi dan keinginan. Teringat jelas keinginan mereka saat aku tanya apa cita – citamu. Wahyudi si bocah gembul yang selalu membuatku tertawa, ingin menjadi seorang Ustad,Bella si kecil yang menggemaskan, yang selalu manja ingin didekatku dan meminta aku menceritakan tentang kisah para Nabi,ingin menjadi Ustadzah. Saat aku tanya Bella kenapa kamu ingin menjadi ustadzah , ia selalu menjawab “Ka Wulan aku ingin menjadi penolong bagi kedua orang tuaku di akhirat nanti. Kan kaka bilang Allah cinta dengan anak yang berbakti” . Masya Allah , mulia nya keinginan mereka. Atau Ani , yang ingin menjadi seorang guru matematika, karena ia sangat menyukai matematika. Cita – cita mereka adalah lukisan masa depan Negeri ini. Sejatinya merekalah cikal bakal Negeri nan subur.Dan aku hanyalah sosok perempuan yang akan selalu mendukung cita – cita mereka. Betapa indahnya kehidupan mereka. Betapa istimewanya istana yang tak berjendela itu.Dan dari istana itu, kutemukan mata cinta dan kebahagiaan dari bocah bocah kecil.
Selamat meraih mimpi mimpi mu J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H