Gambar Nandi sumber www youtube com
“Ketika titik yang dituju di"niat"kan sebagai satu-satunya kiblat dan kita mencintai kiblat itu, maka one ‘pointed’ness terjadi dengan sendirinya tanpa perlu diupayakan. Sebagai seorang-pelajar, siswa atau mahasiwa, apa yang menjadi kiblatmu? Apa yang menjadi tujuanmu ke sekolah atau kampus? Pikirkan, renungkan, kemudian bertanyalah pada diri sendiri berapa banyak waktu yang kau gunakan untuk mencapai tujuan itu dan berapa banyak waktu yang kau sia-siakan untuk mengejar hal-hal lain. Belajar. Ke sekolah untuk belajar, ke kampus untuk belajar. Bukan untuk pacaran, bukan untuk berpolitik. Apakah kau one’pointed’ terhadap pelajaranmu? Silakan berkenalan dengan siapa saja, berteman siapa saja, bersahabat dengan siapa saja, tetapi tidak one’pointed’ terhadap apa pun, selain pelajaranmu, tujuanmu ke sekolah dan ke kampus. One ‘pointed’ness adalah latihan mental dan emosional untuk memperkuat syaraf dan nyalimu. Latihan ini juga membutuhkan tenaga yang luar biasa, tenaga ribuan kuda, yang hanya dimiliki oleh kaum muda. Maka, tentukan kiblatmu, cintailah kiblatmu. Arahkan seluruh kesadaranmu dan tunjukkan seluruh energimu untuk mencapainya.” (Krishna, Anand. (2001). Youth Challenges And Empowerment. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
Kelahiran Nandi, berkorban jiwa dan raga demi menggapai Cita-Cita
Resi Shilada bertapa dengan keras untuk memperoleh seorang putra. Indra berkenan dengan tapa sang resi dan menanyakan apa keinginan sang resi. Setelah mengetahui bahwa keinginannya adalah memiliki anak yang hidup kekal, maka sang resi diminta bertapa memuja Shiva. Resi Shilada bertapa ribuan tahun sehingga rayap mulai mngerumuni tubuhnya. Kulitnya juga mulai dimakan serangga, kemudian dagingnya dan bahkan darahnya, sehingga akhirnya hanya tertinggal tulangnya saja. Bukan hanya seluruh jiwanya terfokus pada cita-cita, akan tetapi fisiknya, mulai dari kulit, daging, darah yang mengalir pada seluruh tubuh dan bahkan tulangnya semuanya dikerahkan untuk menggapai cita-cita dengan melakukan persembahan kepada Mahadeva. Seorang pelajar/mahasiswa/karyawan/ilmuwan ataupun seorang “pejalan spiritual” yang bertindak sedemikian fokusnya dengan penuh semangat dan rela berkorban demi cita-cita yang akan diraihnya akan berhasil.
Shiva berkenan, hadir dan memberkati sang resi. Resi Shilada kemudian melakukan yajna agnihotra dan muncullah Nandi yang memperoleh penghormatan dari semua dewa yang hadir pada upacara Yajna. Sang resi membesarkan Nandi dengan penuh perhatian dan pada usia tujuh tahun Nandi sudah hapal Veda. Dewa Mitra dan Varuna yang datang ke tempat sang resi mengatakan bahwa walaupun sang anak mempunyai peruntungan yang luar biasa akan tetapi usianya tidak lama. Pada umur delapan tahun dia akan meninggal dunia. Sang ayah sangat sedih dan Nandi berkata supaya ayahnya tidak perlu bersedih.
Dalam diri Nandi terdapat semangat bergelora seperti yang dimiliki sang ayah. Nandi kemudian bertapa memuja Dewa Shiva. Pada tahun ke delapan ternyata Nandi masih hidup dan terus bertapa hingga ratusan tahun. Shiva berkenan dan memberkatinya dengan kalung yang mmembuatnya abadi. Shiva berkata bahwa Nandi akan menjadi Wahananya dan akan dipuja bersama dirinya. Selanjutnya Nandi berubah wujud menjadi setengah banteng dan setengah manusia dan menemani Mahadeva selamanya. Mahadeva sangat senang dengan Nandi dan sangat percaya kepadanya.
Hidup Nandi hanya dipersembahkan kepada Mahadeva
“Seorang panembah mengubah irama napasnya menjadi irama ilahi. Seluruh hidupnya menjadi sebuah lagu indah yang menyanyikan keangungan-Nya. Bagi seorang panembah sejati tiada lagi perpisahan antara jam kerja, jam libur, jam keluarga, setiap menit, setiap detik adalah saat untuk menyembah. Seorang panembah mengubah seluruh hidupnya menjadi suatu persembahan. Ia melakukan segala sesuatu dengan semangat panembahan, persembahan. Ia menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Panembahan bukanlah pekerjaan mereka yang belum sadar. Mereka yang belum, atau tidak sadar, tidak dapat menjalani hidup seperti itu. Mereka masih menghitung untung-rugi, sementara seorang Panembah sudah tidak peduli akan hal itu. (Krishna, Anand. (2010). The Ultimate Learning Pembelajaran Untuk Berkesadaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).
Nandi tidak terbawa oleh nafsu pancaindra, tidak tergoyahkan dalam menghadapi semua rintangan. Nandi berkarya sebagai persembahan kepada Mahadeva dengan penuh keyakinan, tidak khawatir dan berkecil hati. Bukan hanya tubuh Nandi yang berkembang menjadi besar, akan tetapi jiwanya tumbuh menjadi besar. Kebesaran jiwa Nandi mengundang kebesaran, keyakinan Nandi mengundang keyakinan, alam semesta memberkati Nandi.
Nandi dikisahkan dapat mengambil wujud apa pun, seperti dalam salah satu episode di ANTV, dia mengambil wujud ikan raksasa kala Parvati dalam wujud putri nelayan akan dikawinkan dengan nelayan yang bisa menaklukkan ikan raksasa tersebut. Adalah Mahadeva yang mengubah wujudnya menjadi nelayan penakluk ikan raksasa tersebut dan itu merupakan skenario Shiva dan Nandi. Nandi selalu siap melayani Shiva dan mengabdikan hidupnya untuk Shiva.
Berdoa di telinga Nandi