Mohon tunggu...
Triwidodo Djokorahardjo
Triwidodo Djokorahardjo Mohon Tunggu... lainnya -

Pemerhati kehidupan http://triwidodo.wordpress.com Pengajar Neo Interfaith Studies dari Program Online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/ )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Takut Menghadapi Masalah

28 Juni 2012   22:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:26 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat akan menjadi mahasiswa, kita bisa memilih fakultas/jurusan apa yang yang sesuai dengan diri kita. Akan tetapi setelah memilih suatu jurusan, kita harus menghadapi evaluasi dari sejumlah mata kuliah yang kita tempuh, kita tidak bisa lari menghindarinya, tak ada pilihan lain kecuali menghadapinya. Pada waktu SMA kita bisa memilih masuk Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial atau Ilmu Pengetahuan Alam. Akan tetapi, kembali kita harus menempuh ujian dari seluruh mata pelajaran yang diujikan pada jurusan pilihan kita. Di Pendidikan Dasar bahkan kita harus dapat mengatasi ujian dari seluruh pelajaran agar kita dapat lulus, tidak ada kesempatan untuk menghindari. Kita semua pernah mengalami rasa takut menghadapi ujian dalam setiap jenjang pendidikan, akan tetapi semua ujian terselesaikan juga.

Demikian pula dalam kehidupan kita yang selalu berkembang. Pada waktu di dalam kandungan, sebagai janin kita hanya makan lewat suplai darah ibunda. Kita berada dalam posisi diam dan otomatis diberi makan. Kemudian setelah menjadi bayi kita harus berupaya bergerak dan menangis untuk minum ASI ibunda. Setelah menjadi anak kecil kita bisa makan sendiri, akan tetapi nasi tersebut adalah hasil keringat orang tua. Selanjutnya kita bekerja, mandiri, dan kita baru bisa makan dengan hasil keringat sendiri. Setelah itu kita mulai mencari nafkah untuk keluarga dan seterusnya. Masalah kehidupan tidak pernah lepas dari manusia. Rasa takut selalu bersama kita dalam setiap tahap kehidupan.

Memang hidup pada saat ini, rasa takutnya jauh lebih besar daripada masa lalu, sebagai akibat gaya hidup masa kini. Dalam buku “Mengikuti Irama Kehidupan Tao Teh Ching Bagi Orang Modern”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama,  2001 disampaikan rasa takut masa kini............ Sewaktu masih bayi, kita begitu tak berdaya. Hidup-mati kita sangat tergantung pada belas-kasihan orang lain, termasuk orangtua kita. Sekarang, di mana kedua orangtua biasanya bekerja, seorang bayi akan sangat tergantung pada baby-sitter atau pembantu. Apabila ia lapar, ia hanya dapat menangis dan mungkin sang pembantu sibuk mengerjakan sesuatu atau sedang nonton TV. la harus tahan lapar dan menangis be berapa lama, sebelum mendapatkan makanan. Begitu diberi susu, ia akan minum sebanyak mungkin. la menjadi rakus. Sejak bayi ia mulai belajar menjadi takut, nanti kalau lapar, akan mendapatkan susu lagi atau tidak. Begitu tiba saat diberi susu, la minum sebanyak-banyaknya, sehingga perutnya sering kembung. Rasa takut ini masih terbawa sampai dewasa. Sampai tua pun, la masih mengejar sesuatu, terlibat dalam perlombaan, sibuk menghimpun harta benda. Kenapa? Karena rasa takut yang menyertainya sejak masa bayi........

Kita terbiasa menderita rasa takut, sehingga seseorang yang nampaknya berperilaku baik, bisa saja karena rasa takut dan bukan dengan kesadaran sendiri “berperilaku baik”. Dalam buku “Jangka Jayabaya, Saatnya Bertindak Tanpa Rasa Takut dan Meraih Kejayaan”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2005 disampaikan.......... Karena “takut” misalnya takut dihukum atau didenda seorang penjahat bisa memberi kesan seolah dirinya sudah sadar. Bila peraturan-peraturan yang dibuat oleh negara atau diberlakukan oleh institusi agama hanya menimbulkan rasa takut, peraturan itu tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesadaran manusia. Masyarakat malah menjadi munafik........

Mungkinkah kita membebebaskan diri dari rasa takut? Dengan berbagai latar belakang sejarah kehidupan yang berbeda bagi setiap orang, bisakah semua orang membebaskan diri dari rasa takut? Bisakah kita hidup berani dan tidak berperilaku munafik? Takut dicap berperilaku tidak baik?  Jawabannya bisa! Asal kita memberdaya diri. Seperti di kala menempuh pendidikan, bila kita memberdaya diri untuk menguasai pelajaran dan kita yakin terhadap potensi diri, maka kita bisa bebas dari rasa takut dalam menghadapi ujian.  Demikian pula kita bisa bebas dari rasa takut dalam menempuh ujian kehidupan. Dalam buku “The Gita Of Management, Panduan Bagi Eksekutif Muda Berwawasan Modern”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2007 disampaikan........... Krishna akan berusaha untuk lebih dulu membebaskan Arjuna dari rasa takut. Rasa takut bagi Krishna adalah penyakit lama, penyakit yang kita warisi dari evolusi panjang kita sebagai binatang. Rasa takut adalah naluri dalam setiap makhluk hidup. Manusia semestinya mampu melampaui nalurinya, sehingga dapat meningkatkan lapisan-lapisan lain kesadarannya. Krishna juga tahu bahwa rasa takut disebabkan oleh: ketidak tahuan tentang potensi diri, potensi manusia. Kemalasan atau keengganan untuk mengembangkan potensi itu. Hilangnya rasa percaya diri. Rasa takut mempengaruhi tiga lapisan utama dalam diri manusia. Lapisan Intelegensi, akal sehat, pikiran jernih yang sesungguhnya tahu persis tentang potensi diri. Lapisan Fisik yang malas, enggan mengembangkan potensi itu. Lapisan Rasa, yaitu induk dari percaya diri...........

13409220542068379273
13409220542068379273

Selain rasa takut yang merupakan penyakit yang kita warisi dari evolusi, kita juga perlu sadar bahwa rasa takut adalah emosi. Dan emosi itu tidak pernah stabil, kadang ada dan kadang tidak. Sehingga selain mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah, kita juga perlu sadar untuk memperbaiki keyakinan dari dalam. Dalam buku “Fear Management, Mengelola Ketakutan, Memacu Evolusi Diri”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2007 disampaikan........ Untuk membebaskan diri dari rasa takut pun, adalah salah jika kita berusaha untuk membereskan keadaan di luar. Keadaan di luar tidak pernah beres. Dulu ada penjahat, sekarang pun masih ada. Upaya kita untuk membereskan keadaan di luar persis seperti upaya seseorang untuk mempercantik dan mempermanis mimpinya. Sesungguhnya yang harus dilakukan adalah membereskan dari akarnya. Mungkinkah hal itu? Dengan cara apa? Jika rasa takut itu adalah sebuah emosi, terimalah emosi sebagai emosi. Ketahuilah bahwa emosi tidak pernah stabil. Rasa takut bukanlah sesuatu yang bersifat langgeng..........

Kami ingat salah satu wejangan Bapak Anand Krishna (http://www.facebook.com/photo.php?fbid=274673209306221&set=a.155456991227844.33435.152098464897030&type=1&theater ) yang terjemahan bebasnya....... Ketakutan adalah salah satu bahan dasar kehidupan, Anda tidak dapat sepenuhnya dan benar-benar melupakan rasa takut. Tetapi, ya, Anda dapat menguranginya sampai batas yang tidak lagi signifikan. Kemudian, hal tersebut tidak akan mengganggu Anda lagi. Rasa takut mungkin masih ada, tetapi tidak akan menjadi kuat, mungkin terlalu lemah untuk mengganggu Anda.........

Satu-satunya cara untuk menguarangi rasa takut adalah dengan menghadapinya. Bila kita lari dari rasa takut, rasa takut tersebut tetap mengikuti kita, karena rasa takut tersebut sudah berada dalam diri. Kita tidak dapat melarikan diri dari rasa yang bermukim di dalam diri. Jadi, jangan melarikan diri – hadapi rasa takut Anda, hadapi semua tantangan hidup – menjadi tidak pengecut, menjadi seorang pejuang .... Naik di atas keragu-raguan mental dan emosional, pasang dan surut. Ketakutan hanyalah salah satu dari emosi tersebut. Kesatria spiritual tidak terpengaruh oleh emosi. Mereka tidak dikuasai oleh emosi. Jadilah Kesatria Spiritual!

Salah satu program e-learning dari One Earth College (http://www.oneearthcollege.com/) adalah Neo Interfaith  Studies (http://interfaith.oneearthcollege.com/) yang mempunyai tujuan agar para peserta program dapat memberikan apresiasi terhadap keyakinan yang berbeda. Kemudian ada program Ancient  Indonesian History And Culture (http://history.oneearthcollege.com/) agar para peserta program dapat mengetahui dan menghargai sejarah awal Kepulauan Nusantara. Dan ada lagi program Neo Transpersonal Psychology (http://stponline.oneearthcollege.com/) yang membahas tentang peningkatan kesadaran dari keadaan personal, ego-based menuju keadaan transpersonal, integensia-based sehingga kita dapat bekerja tanpa pamrih pribadi.

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.org/ind/

http://triwidodo.com

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

http://www.kompasiana.com/triwidodo

http://blog.oneearthcollege.com/

Juni 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun