Sepasang suami istri sedang browsing internet lewat internet menyimak perkembangan peristiwa-peristiwa yang terjadi di tengah bangsa. Mereka membaca banyak kasus diantaranya.....
http://www.antaranews.com/berita/253997/ky-hakim-kasus-antasari-azhar-abaikan-bukti
Sang Istri: Aku miris melihat kejadian-kejadian di negeri kita. Rasanya aku tidak mengenali tokoh-tokoh yang karakter mereka bukan seperti karakter orang Indonesia yang telah tercatat dalam rekaman benak kita. Kemudian aku ingat pelajaran wayang, bahwa "wayang kuwi wewayanganing ngaurip", wayang itu adalah refleksi kehidupan manusia. Sehingga aku kembali ingat bahwa karakter-karakter yang nampak asing tersebut pernah digambarkan para leluhur dalam kisah pewayangan. Bila kemarin kita bicara tentang Dasamuka cs kini aku ingat tentang Duryudana cs.
Sang Suami: Benar istriku aku melihat banyak sosok yang mirip Duryudana. Duryudana adalah seorang raja di Hastina yang pongah, keras kepala dan mudah terhasut oleh pamannya Sengkuni yang menjadi patih kerajaan. Demi kekuasaan yang diperolehnya dia berusaha mempertahankannya sampai titik darah penghabisan dan menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Etika moral sudah diabaikannya. Dia bahkan membuat skenario untuk memperdaya dan berusaha membunuh Sri Krishna yang datang sebagai Duta Perdamaian...... Duryudana baru sadar saat dia tergolek luka parah setelah kalah perang melawan Bhima dan tengah menunggu Bathara Yamadipati datang menjemputnya. Bhima tak tega lagi untuk  membunuhnya, sehingga justru membiarkan dirinya lebih lama menderita. Saat itu Duryudana mendengar bahwa istrinya Banowati sudah menyerah dan ingin menjadi istri Arjuna, musuhnya. Dia juga ingat bahwa anaknya Leksmana Mandrakumara yang diharapkannya menjadi pengganti dirinya ternyata mempunyai bawaan bodoh, sial dan pengecut. Bahkan dalam perang Bharatayudha saat putranya akan membunuh Abimanyu putra Arjuna yang sudah terkapar karena masuk perangkap dan luka parah ditembus banyak anak panah, dengan sisa tenaganya Abimanyu bisa membunuh putranya.........
Sang Istri: Duryudana adalah gambaran dari seorang yang telah dibutakan mata hatinya oleh hasrat keduniawian. Dia adalah figur seorang pejabat, pemimpin instansi yang pongah, keras kepala mudah terhasut orang kepercayaannya yang licik. Dia haus kekuasaan, kemewahan kenikmatan duniawi akan tetapi keluarganya tidak berbahagia. Dia bersama orang-orang kepercayaan memperdaya, menyutradarai pembunuhan karakter seorang utusan pembawa perdamaian........ Â Boleh-boleh saja diberitakan seorang mantan pejabat yang menutup mata dengan khusnul khatimah. Ucapan terima kasihnya memenuhi setengah halaman berbagai koran. Yang melayat ribuan orang dan dimuat berbagai televisi. Akan tetapi pada saat sebelum ajal, dia akan merasakan bahwa dia telah banyak membuat kesalahan, kekuasaannya yang dibangga-banggakan dirasakan hanya seperti "mampir ngombe", sangat sebentar. Pada kenyataannya dia menyesal mengapa tidak melakukan kebenaran semasa hidupnya......
Sang Suami: Tokoh berikutnya adalah Burisrawa. Burisrawa adalah putra Prabu Salya. Tiga saudara perempuannya menjadi istri Baladewa, istri Duryudana dan istri Karna. Burisrawa mempunyai badan yang kekar dan ahli bermain pedang. Dia ditakuti musuh-musuhnya karena ketelengasannya dalam membunuh lawan-lawannya. Dia seorang yang sombong atas kesaktiannya, sering menuruti kata hatinya, pendendam, mau menang sendiri, suka membuat keonaran dan hampir selalu menakut-nakuti lawan. Dia juga tergila-gila pada Subadra, istri Arjuna bahkan mau memperkosanya.
Sang Istri: Burisrawa adalah figur seorang pejabat yang bergaya preman. Dia mempunyai koneksi dengan beberapa pejabat puncak. Suka mengintimidasi kaum minoritas. Dia bisa menggerakkan masa untuk menghancurkan kelompok yang tidak disukainya. Dan para penguasa akan mendiamkannya karena dia punya lobby-lobby yang kuat. Dia yang menginginkan istri orang lain dapat dimaknai dia menginginkan harta dan jabatan orang lain dan untuk memperolehnya dia menggunakan cara-cara preman.
Sang Suami: Tokoh berikutnya adalah Drestarasta. Dia seorang raja yang buta dari negeri Hastina. Sebetulnya dia hanya menggantikan tahta Pandu, adiknya yang meninggal dan berjanji akan mengembalikan tahtanya kepada Pandawa, putra-putra Pandu setelah mereka dewasa. Akan tetapi karena dia lemah pendirian dan mudah dipengaruhi oleh saudara iparnya, Patih Sengkuni yang licik, maka dia tidak berniat menyerahkan tahtanya kepada Pandawa tetapi kepada putra-putranya. Tahta sudah di tangan mengapa harus dilepaskan? Mengapa tidak melakukan rekayasa agar putranya yang mendapatkan tahtanya. Bukankah semuanya bisa diatur? Keputusan raja yang tidak benar inilah yang memicu perang bharatayudha. Korawa ingin mempertahankan kekuasaan sedangkan Pandawa menginginkan haknya. Akan tetapi walau Pandawa minta sebagian haknya pun tidak diberikan oleh para Korawa. Drestrasta termasuk seorang pendendam. Dia sangat benci kepada Bhima yang membunuh Duryudana, putra kesayangannya. Setelah perang usai, dia menerima sembah sujud dari para Pandawa yang masih menganggap dia sebagai pamannya. Saat Bhima akan melakukan sembah, dia berencana akan menggunakan kesaktiannya, "aji lebur saketi" yaitu apa saja yang dipegangnya akan hancur menjadi abu. Akan tetapi, karena dia buta matanya, saat Bhima menghaturkan sembah dan akan dipegang Drestarasta, Kresna menyuruh Bhima mengangkat arca batu ke hadapan Drestarasta dan setelah dipegang patung tersebut menjadi hancur berkeping-keping......
Sang Istri: Drestarasta adalah figur seorang pejabat yang tidak mau menyerahkan kekuasaan sesuai aturan main, dia merekayasa agar anaknya yang akan menggantikannya. Dia percaya kepada kaki tangannya yang berkarakter seperti Sengkuni yang sangat licik. Dia juga termasuk seorang pendendam yang berusaha menjatuhkan orang yang telah mengganggu kenyamanannya.
Sang Suami: Kita juga banyak membaca di internet fakta-fakta seperti berita berikut: