Mohon tunggu...
Triwidodo Djokorahardjo
Triwidodo Djokorahardjo Mohon Tunggu... lainnya -

Pemerhati kehidupan http://triwidodo.wordpress.com Pengajar Neo Interfaith Studies dari Program Online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/ )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manusia Itu Unik atau Serupa? Perjalanan Dari Keunikan Menuju Kesatuan

5 Mei 2012   21:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:39 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemahaman tentang Kebenaran akan berubah sesuai dengan tingkat kesadaran manusia. Pada waktu manusia berada pada tingkat kesadaran fisik dan tingkat kesadaran mental/emosional, dia akan melihat bahwa manusia adalah unik, dan itu adalah hal yang tak terbantahkan. Dari sekitar 6 Milyar manusia, tidak ada seorang pun yang mempunyai wajah dan pikiran yang sama. Akan tetapi bila kita melihat lebih dalam, kita akan melihat bahwa wajah yang berbeda, tubuh yang berbeda, bahkan seluruh benda yang ada dalam alam semesta hanya terdiri dari kombinasi 5 elemen alami, ruang, udara, api, air dan tanah. dan, 5 elemen alami tersebut hanyalah energi yang berbeda kerapatannya. Demikian pula pikiran yang berbeda sifat tersebut hanya merupakan kombinasi dari 3 sifat utama Tamas (malas), Rajas (agresif) dan Satvik (tenang). Bahkan 5 elemen alami pun juga mempunyai ke 3 sifat tersebut: Sifat Tamas pada Tanah dan Air. Sifat Agresif pada Air, Api dan Udara/Angin. Sifat Satvik pada Udara dan Ruang. Apabila manusia melihat perbedaannya, maka akan nampak perbedaannya. Sedangkan apabila manusia melihat persamaannya, maka akan nampak persamaannya pula.

Dalam buku “SAI ANAND GITA Kidung Mulia Kebahagiaan Sejati”, Sai Das, Koperasi Global Anand Krishna Indonesia, 2012 disampaikan......... Sesungguhnya, setiap orang itu unik, namun tidak unik juga, unik dalam pengertian bahwa kombinasi dari ketiga sifat satva, rajas dan tamas tersebut dalam setiap orang tidaklah sama. Kombinasi ini mengikuti suatu pola yang khas 0.000001 % perbedaan dari setiap sifat sudah cukup untuk menciptakan karakter yang sangat berbeda......... Namun, kita tidak unik dalam pengertian bahwa sifat-sifat yang mengatur kita hanyalah ketiga sifat yang sudah disebutkan ini saja. Tidak ada sifat keempat. Semua sub sifat muncul dari ketiga sifat awal tersebut.........

Pikiran melihat perbedaan, akan tetapi di atas lapisan kesadaran pikiran ada lapisan kesadaran  intelegensia. Intelegensia ini yang dapat melihat persamaan dari yang berbeda-beda. Semboyan leluhur Bhinneka Tunggal Ika melihat perbedaan dari kacamata intelegensia, nampaknya berbeda esensinya satu jua. Dalam buku “Atma Bodha Menggapai Kebenaran Sejati Kesadaran Murni dan Kebahagiaan Kekal”, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2001 disampaikan....... Mind bersifat “khas”, pribadi. Cara berpikir Anda dan cara berpikir saya berbeda. Tidak bisa 100% sama. Sebaliknya intelegensia bersifat universal. Misalnya: apa yang Anda anggap indah dan apa yang saya anggap indah mungkin berbeda. Definisi kita tentang keindahan mungkin bertolak belakang, karena definisi adalah produk mind, produk pikiran. Tetapi, ketertarikan kita pada keindahan bersifat universal. Menyukai keindahan ini berasal dari intelegensia. Anda ingin bahagia, saya ingin bahagia, kita semua ingin bahagia. Nah, keinginan untuk hidup bahagia berasal dari intelegensia. Bila Anda menemukan kebahagiaan dari “A” dan saya menemukan dari “B”, perbedaan itu disebabkan oleh mind. Proporsi mind dan intelegensia dalam diri setiap manusia bisa berubah-ubah. Bisa turun-naik. Bila proporsi mind naik, intelegensia akan turun. Bila intelegensia bertambah, mind berkurang. Bila proporsi mind mengalami kenaikan, manusia menjadi ego-sentris. Dia akan mengutamakan kebahagiaan, kesenangan, kenyamanan, kepentingan diri. Sebaliknya, intelegensia bersifat universal, memikirkan kebahagiaan, kenyamanan, kepentingan umum..........

...........Dalam satu kelompok atau satu organisasi level intelegensia setiap anggota biasanya mirip-mirip. Jelas tidak bisa sama, tetapi ya kurang lebihlah! Bila tidak, akan selalu terjadi kesalahpahaman dan pertikaian. Bangsa kita saat ini sedang mengalami krisis intelegensia, krisis “budhi”, krisis kesadaran. Ada yang berintelegensia tinggi dan bisa menerima perbedaan, tetapi ada juga yang berintelegensia sangat rendah, sehingga tidak bisa menerima perbedaan........... Mind atau mano selalu melihat dualitas; intelegensia atau budhi selalu melihat kesatuan. Sebetulnya, buddhi juga melihat perbedaan, tapi ia melihat kesatuan di balik perbedaan. Sementara mind hanya melihat perbedaan. Budhi melihat isi; mano melihat kulit.........

Pandangan mereka yang sudah berada pada lapisan kesadaran intelegensia akan berbeda dengan pandangan mereka yang masih berada pada lapisan kesadaran mental emosional. Manusia memang berbeda karena masing-masing mempunyai kombinasi kandungan 3 sifat Tamas, Rajas dan Satvik yang berbeda. Akan tetapi manusia hanya terdiri dari 3 sifat utama tersebut, berarti setiap manusia sama-sama memiliki ke 3 sifat utama tersebut. Kita bisa melihat persamaan manusia.  Dalam buku “SAI ANAND GITA Kidung Mulia Kebahagiaan Sejati”, Sai Das, Koperasi Global Anand Krishna Indonesia, 2012 disampaikan......... Sub sifat yang banyak sekali jumlahnya, bisa diandaikan seperti cabang-cabang pohon ketiga sifat utama. Jadi, jika engkau ingin memotong pohon, maka potonglah akarnya bukan cabang-cabangnya. Di sini, memotong akar pohon harus diinterpretasikan sebagai melampaui tiga sifat itu; mengendalikannya; dan tidak dikendalikan olehnya........

Apakah aku adalah pikiranku? Pikiranku bukan aku........ seperti rumahku bukan aku, tubuhku bukan aku, demikian pula pikiranku bukan aku. Pada waktu latihan meditasi Neo Self Empowerment, dengan hanya memperhatikan napas yang masuk dan napas yang keluar, kita bisa menyadari bahwa thoughts, anak-anak pikiran itu hanya datang dan pergi. Pikiran itu tidak abadi. Pada waktu tidur pulas, pikiran tidak ada, aku masih ada...... hanya pikiran yang telah mulai jernih yang bisa sadar hal yang demikian........ Bisakah kesadaranku melampaui lapisan kesadaran mental/emosional? Bisakah aku hidup berdasarkan pikiran yang sudah jernih, hidup dalam “buddhi”, hidup dalam “intelegensia”? Bila aku bukan pikiranku, sedangkan pikiranku itu “terbatas”, maka bisakah aku melampaui keterbatasan itu?.......

Dalam buku “SAI ANAND GITA Kidung Mulia Kebahagiaan Sejati”, Sai Das, Koperasi Global Anand Krishna Indonesia, 2012 disampaikan......... Sayangnya, saat ini kita mengidentifikasikan diri dengan keterbatasan, bukan dengan ketakterbatasan. Badan, pikiran, emosi, dan bahkan jiwa kita masing-masing – semua terbatas. Adalah spirit, jiwa agung yang berada di dalam dan di luar, yang menyelimuti dan meliputi semua, itulah yang tak terbatas. Semua persoalan, permasalahan, dan kesulitan kita muncul karena kita salah mengidentifikasikan diri kita. Salah mengidentifikasi diri ini adalah penyakit yang sangat, sangat tua. Kita sudah menderita karena penyakit ini selama ribuan tahun. Penyakit inilah penyebab dari kelahiran maupun kematian. Hanya Bunda Semesta yang tahu berapa kali sudah kita dilahirkan dan berapa kali sudah kita mati untuk dilahirkan kembali dan untuk menderita karena penyakit yang sama. Satu-satunya cara untuk menyembuhkan diri dari penyakit ini adalah melalui identifikasi yang tepat. Begitu kita menyadari keilahian di dalam diri kita, kita sembuh........

Dari pikiran ke intelegensia (buddhi, pikiran jernih)  menuju ke kesadaran yang lebih tinggi lagi. Dari keinginan bagi pribadi ke keinginan bagi kepentingan umum,bagi  kepentingan alam semesta menuju KehendakNya. Untuk itu kita perlu merenungkan quotation dari buku “SAI ANAND GITA Kidung Mulia Kebahagiaan Sejati”, Sai Das, Koperasi Global Anand Krishna Indonesia, 2012 tersebut di atas........ Perjalanan spiritual, dimulai dari “aku” yang terbatas menuju “kita” yang terus menerus meluas. Ini adalah langkah pertama dalam perjalanan spiritual. Langkah kedua adalah dari “kita” menuju “Dia” Tuhan, Ayah dan Ibu Semesta yang Sejati. Perjalanan spiritual membawa kita melampaui bintang yang terjauh dan kerabat yang terdekat sekaligus. Perjalanan spiritual adalah perjalanan dari dan diatas segala perjalanan, satu-satunya perjalanan yang berharga untuk dilakukan. Perjalanan spiritual adalah perjalanan dari yang terbatas menuju yang tak terbatas........

Dalam buku tersebut di atas disampaikan........ Asato – maa Sadgamaya, Tamaso – ma Jyotirgamaya, Mrityor – maa Amritamgamaya. Perjalanan ini adalah dari asat, ketidakbenaran, saya memilih untuk menafsirkannya sebagai “kebenaran rendah”, menuju Kebenaran Sejati, sat; dari tamas atau kegelapan menuju terang Jyoti. Dan dari kematian atau mrityu menuju kehidupan Abadi, Amrita. Makna yang terkandung dalam doa yang sangat penting ini adalah: Ya Tuhan, bimbinglah kami dari kegelapan khayalan, kebencian, dan ketidaksadaran yang mengerikan ini menuju Kehidupan Abadi, Kebenaran, Kasih, dan Kebijaksanaan...........

Salah satu program e-learning dari One Earth College (http://www.oneearthcollege.com/) adalah Neo Interfaith  Studies (http://interfaith.oneearthcollege.com/) yang mempunyai tujuan agar para peserta program dapat memberikan apresiasi terhadap keyakinan yang berbeda. Kemudian ada program Ancient  Indonesian History And Culture (http://history.oneearthcollege.com/) agar para peserta program dapat mengetahui dan menghargai sejarah awal Kepulauan Nusantara. Dan ada lagi program Neo Transpersonal Psychology (http://stponline.oneearthcollege.com/) yang membahas tentang peningkatan kesadaran dari keadaan personal, ego-based menuju keadaan transpersonal, integensia-based sehingga kita dapat bekerja tanpa pamrih pribadi.

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.org/ind/

http://triwidodo.com

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

http://www.kompasiana.com/triwidodo

http://blog.oneearthcollege.com/

April 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun