Senin pagi seperti biasa sebelum berangkat ke sekolah saya sempatkan scroll akun twitter saya. Ada postingan menarik dari sebuah akun yang mengunggah foto wisuda dengan mengenakan pakaian toga kampusnya. Isi cuitannya begini; "tweet ini saya dedikasikan untuk bu Titiek, guru BK yg bilang saya gabakal masuk PTN; maaf saya cumlaude".
Saya 'mengabaikan' postingan ini. Bukan karena saya tidak peduli. Bentuk pengabaian ini lebih kepada reaksi pemakluman---atas pemuda yang bereuforia merayakan kelulusannya---pun atas banyaknya sikap dendam 'adek-adek' pelajar kepada guru Bimbingan dan Konseling (BK) mereka yang dianggap meninggalkan bekas luka di hatinya.
Rupanya ada hal yang sangat menarik untuk dianalisis dari postingan yang sempat saya 'diamkan' tadi. Rekan semasa S1 saya mengirim screenshoot postingan di twitter tadi ke grup whatsapp alumni angkatan. Lebih dari itu, malam harinya di grup whatsapp komunitas konseling Indonesia juga ada yang mengunggah screenshoot yang sama, ditambah screenshoot hasil trending topic di twitter malam ini. Ya, sebanyak 11.200 cuitan menyebutkan 'Guru BK' di akun twitter mereka, dua kali lipat dari cuitan tentang Claudia Emmanuela Santoso yang baru keluar sebagai pemenang The Voice Germany, yaitu sebanyak 5.492 sampai pukul 19.47 WIB.
Saya kaget sekaligus penasaran. Tak biasa-biasanya guru BK ramai dibahas netizen, apalagi hingga masuk trending topic. Saya datangi lagi akun yang mengawali pembicaraan tentang dendamnya kepada guru BK.
 Fantastis, postingan tersebut dibanjiri komentar yang tak kalah seru dibandingkan postingan utamanya, dengan rasa yang sama; "membalas guru BKnya dengan prestasi", tetapi dengan cara yang berbeda; mulai dari lulus cumlaude, lulus dari kampus negeri ternama, hingga mendapatkan pekerjaan yang dulunya pernah 'dimentahkan' oleh guru BK.
Pembahasan mengenai guru BK bukan hal yang baru bagi saya. Beberapa pekan yang lalu saya sempat menyerang akun dedek-dedek yang dengan leluasanya memaki guru BK.Â
Tentu saya menyerang dengan fakta-fakta tentang marwah guru BK yang begini dan begitu---tapi saya pun juga yakin masih banyak pekerjaan rumah para guru BK untuk menjalankan tanggung jawabnya sesuai dengan tujuan utama adanya layanan BK di satuan pendidikan.
Sebenarnya BK itu apa sih?
Nah pertama saya akan mengupas secara terminologi, Bimbingan dan Konseling. Bimbingan adalah layanan yang diberikan kepada semua siswa agar dapat berkembang secara optimal.Â
Sedangkan Konseling adalah layanan yang diberikan guru BK kepada siswa tertentu agar bisa membuat keputusan-keputusan secara bertanggung jawab. Sederhananya, layanan BK diperuntukkan semua siswa baik yang sedang mengalami masalah ataupun tidak, sedangkan konseling hanya untuk siswa-siswa tertentu saja.