Mohon tunggu...
Triwibowo Probo Sukarno
Triwibowo Probo Sukarno Mohon Tunggu... Guru - Konselor Sekolah

Bimbingan dan Konseling | SMPN 1 Jatirogo, Tuban | Pernah ditugaskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Pendidik daerah 3T di Kabupaten Boalemo, Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bullying Incar Individu Powerless

9 Oktober 2019   07:51 Diperbarui: 9 Oktober 2019   08:02 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi korban (victim), bullying berdampak pada berkurangnya penghargaan terhadap diri. Remaja akan melihat secara subjektif bahwa dirinya terasa sangat kecil dibanding orang lain. Korban bullying biasanya akan merasakan berbagai emosi negatif, seperti marah, dendam, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam, tetapi tidak berdaya menghadapinya.

Dampak lanjutannya adalah berkurangnya minat remaja terhadap aktivitas belajar. Mereka memiliki berbagai macam alasan kepada orang tuanya untuk menghindari sekolah. Misalnya, menolak bangun pagi hari, beralasan sakit perut, tidak ada aktivitas pembelajaran, dan sebagainya. Anak juga tidak tertarik untuk menceritakan hal-hal yang dialami di sekolah. Bahkan bisa saja prestasi akademisnya menjadi menurun.

Jika terjadi hal yang demikian, maka perlu adanya peran orang tua untuk memberikan treatment atau perlakuan yang bersifat terapis. Karena dampak besar yang telah dialami oleh para remaja lainnya adalah keputus-asaan dan berakhir dengan bunuh diri. Orang tua memiliki peranan yang besar dalam melakukan pendidikan karakter. 

Perilaku tertutup dan memandang rendah diri bisa jadi disebabkan karena pola asuh orang tua. Apa langkah preventif dan kuratif orang tua menghadapi fenomena bullying?

Pertama, orang tua harus membuka komunikasi terkait dengan hal-hal yang dialami anak di sekolah. Orang tua bisa membuka dengan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan menanyakan apa saja yang telah dipelajari di sekolah. 

Kemudian orang tua memberikan pertanyaan terbuka mengenai persepsi anak tentang kejadian-kejadian yang dialami anak. Mulai tanyakan bagaimana perilaku guru, perilaku teman di kelas, serta teman-teman di luar kelas.

Kedua, memberikan wawasan mengenai sebab dan akibat dari perilaku. Mengenalkan baik dan buruknya perilaku, dan memberikan pengetahuan mengenai perbedaan emosi individu satu dengan individu lainnya. Anak perlu mengetahui perasaan bahagia, sedih, marah, dan perasaan lainnya dengan maksud menumbuhkan empati.

Ketiga, orang tua perlu menjaga komunikasi dengan pihak sekolah. Guru mengetahui perkembangan siswanya di sekolah. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dengan menjaga komunikasi berdampak pada meningkatnya perhatian guru terhadap siswa. Informasi dari guru juga bisa memperkuat atau menjadi pembanding dengan kesan yang disampaikan oleh orang tua.

Keempat, anak kita menghadapi era digital. Kekuatan media sosial sebagai bagian dari perkembangan internet juga mempengaruhi perilaku anak. Orang tua perlu melakukan kontrol terhadap sosial media yang digunakan oleh anak serta bagaimana anak memfungsikan media sosialnya.  

Kontrol orang tua terhadap perkembangan psikologis anak memiliki manfaat yang besar untuk menghindarkan anak dari kejahatan bullying.

Mengenali dan memberikan pemahaman anak terhadap perilaku bullying bukan malah menjadikan mental anak kita menjadi lemah. Sebaliknya, orang tua memberikan penguatan terhadap anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun