Seperti diketahui bahwa momen bulan suci Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, bulan peningkatan ibadah umat Islam, baik ibadah dalam bentuk ritual religius maupun dalam bentuk membangun hubungan dan kepedulian terhadap sesama.
Kemunculan manusia gerobak, akan makin mudah ditemui pada saat Ramadhan. Hal ini disebabkan dari segi jumlahnya yang meningkat (adanya manusia gerobak dadakan) dan di sisi lain, manusia gerobak seolah menjadi tidak malu -- malu menampakkan dirinya di sepanjang jalan jelang sore hingga sahur. Tentunya hal ini dilakukan untuk memperoleh rezeki tambahan selama bulan Ramadhan.Â
Namun, kemunculannya tentu memberikan dampak yang kurang nyaman bagi siapapun yang menemuinya. Seperti kemunculan manusia gerobak di trotoar atau di pinggir jalan membuat jalan -- jalan di kota menjadi terlihat kumuh, semrawut dan tentunya juga menambah kemacetan pada saat tertentu seperti jam pulang kerja.
Pelaksanaan Sahur on The Road yang dilaksanakan secara berkelompok, beriringan/ konvoi dengan target sasaran manusia gerobak tentu menjadi lebih banyak mudharatnya karena banyak memunculkan hal tidak tepat di dalamnya.
Kegiatan kepedulian terhadap sesama seperti Sahur on The Road bijaknya dialihkan melalui lembaga penyelenggara layanan zakat, panti asuhan atau panti werda, masjid di tempat terpencil dan sebagainya.Â
Hal ini tentunya untuk mengantisipasi/ meminimalisir dampak negatif yang kerap melekat dalam Sahur on The Road. Bukankah niat baik membantu sesama selama bulan Ramadhan harus memberikan dampak positif pula kepada masyarakat?Â
Jangan sampai niat baik membantu sesama justru dicederai oleh rasa "kebanggaan kelompok" yang cenderung destruktif dan menghilangkan nilai -- nilai kepedulian terhadap sesama pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H