Mohon tunggu...
tri wajoes
tri wajoes Mohon Tunggu... -

Asli Arek Suroboyo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revolusi dari Desa = Revolusi Fisik Saja ?

29 November 2014   23:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:30 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika membicarakan tentang pembangunan di Indonesia, selalu melekat dalam pikiran kita semua tentang angka-angka pertumbuhan pembangunan, pendapatan per kapita. Ketika angkanya menunjukkan nilai yang bagus, maka dikatakan pembangunan yang dilakukan telah berhasil dengan baik. Berhasil dengan baik untuk siapa ? Angka ini hanya bagus bagi sebagian pejabat pemerintahan di Indonesia, namun tidak berlaku bagi sebagian besar masyarakat desa di seluruh Indonesia, yang notabene kondisinya masih sangat jauh dan bertolak belakang dengan kondisi yang digambarkan angka pendapatan per kapita. Penggunaan angka pendapatan per kapita merupakan salah satu konsep yang digugat dalam buku ini, karena angka tersebut bertolak belakang dengan kondisi sebenarnya masyarakat di pedesaan Kabupaten Malinau. Sehingga lahirlah konsep Gerdema (Gerakan Desa membangun) yang diusung oleh Bupati Malinau Dr. Yansen TP. Msi., dan diaplikasikan di seluruh pedesaan Kabupaten Malinau.

Berbicara masalah pembangunan, secara umum selalu berhubungan dengan bangunan fisik,  seperti sarana jalan yang bagus dan mulus, sarana jembatan, sarana penerangan, sarana saluran irigasi, semuanya serba fisik yang bagus. Pembangunan dinilai berhasil jika fisiknya kelihatan megah berdiri kokoh dan setiap orang yang melihatnya akan kagum dengan sendirinya dan memujinya. Demikian juga dalam pelaksanaan Gerdema di Kabupaten Malinau, semua komponen masyarakat bergerak bersama-sama, mulai dari stack holder hingga masyarakat pada umumnya. Ketika semua komponen masyarakat bergerak secara serentak dan bersinergi, maka proses pembangunan akan berjalan dengan baik dan beberapa infrastruktur berdiri dengan baik. Ketika infrastruktur berdiri dengan baik, maka kegiatan ekonomi semakin meningkat, sehingga kesejahteraan masyarakat desa juga semakin meningkat. Ketika kesejahteraan meningkat, maka keinginan masyarakat desa secara fisik juga semakin meningkat. Keinginan untuk memiliki sarana peralatan elektronik seperti televisi, TV kabel, TV satelit, VCD, DVD, dan sejenisnya, menjadi semakin mudah untuk diperoleh dengan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Kedatangan peralatan elektronik semacam televisi tersebut, juga membawa dampak dengan datangnya budaya-budaya luar yang diusung oleh acara-acara yang ada dalam siaran televis tersebut. Apabila budaya-budaya tersebut membawa dampak yang positif, tidak menjadi masalah bagi masyarakat kita. Namun jika budaya-budaya tersebut membawa dampak yang negatif bagi masyarakat kita, maka akan mendatangkan persoalan baru, sebagai dampak dari keberhasilan pembangunan yang didengung-dengungkan terutama pembangunan secara fisik. Jika hal ini yang terjadi di kemudian hari, sudah siapkah masyarakat Kabupaten Malinau menghadapihal tersebut ? Jangan sampai ketika asyik dengan Gerdema, pengaruh budaya dari luar ini tidak diantisipasi, maka bisa-bisa Gerdema akan menjadi bumerang sendiri bagi masyarakat Kabupaten Malinau. Memang di awal-awal Gerdema sangat bagus sekali, dapat meningkatkan peran dan kesejahteraan masyarakat desa. Namun di belakang hari ada Jebak Batman yang mengancam masyarakat di sana. Ketika semua terlena dengan Gerdema dan memasyarakatkan Gerdema, dan hanya berpedoman dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat, secara fisik, namun ketika serangan budaya masuk, maka kesejahteraan fisik tersebut akan sia-sia, hanya bersifat sementara saja, kelihatan bagus di depannya, namun di dalamnya keropos, karena ketika serangan  budaya baru masuk dan masyarakat tidak siap maka terjadilah gegar budaya. Yang ada hanya sejahtera secara fisik, namun  budaya dasar bagi masyarakat setempat lama-lama bisa tergerus, sedikit demi sedikit sehingga akhirnya bisa musnah digantikan oleh budaya asing.

Sudahkah hal ini diantisipasi oleh masyarakat Kabupaten Malinau ? saya rasa belum, oleh karena itu alangkah baiknya dan akan semakin lengkap jika Gerdema juga mengantisipasi hal ini. Sehingga Gerdema bukan hanya pembangunan fisik semata, juga pembangunan rohani masyarakat setempat. Ketika Pembangunan fisik semakin meningkat, diikuti dengan persiapan pembangunan rohani, dan pembangunan rohani juga meningkat, maka lengkaplah sudah yang konsep yang diusung oleh Gerdema. Pembangunan fisik meningkat, budaya masyarakat setempat tetap terjaga dan lestari. Ketika datang serbuan budaya asing melalui peralatan elektronik yang telah ada, masyarakat desa telah siap menghadapinya, sehingga gegar budaya dapat dihindari. Pembangunan menjadi selaras, antara fisik dan rohani, serentak berjalan bersama-sama, pembangunan menjadi semakin sukses, karena menggabungkan unsur fisik dan rohani. Semoga konsep Gerdema, yang mengusung pembangunan baik fisik maupun rohani, dapat diaplikasikan di daerah lain di seluruh Indonesia, yang tentu saja disesuaikan dengan budaya yang ada di masyarakat setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun