Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) atau Pembelajaran Responsif Kultural menekankan pengakuan terhadap keberagaman budaya, latar belakang etnis, dan pengalaman siswa dalam proses pembelajaran. Ada beberapa alasan mengapa pendekatan ini dianggap cocok diterapkan di Indonesia:
- Kekayaan budaya dan etnis yang beragam
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang sangat kaya dengan berbagai suku, agama, dan tradisi. CRT menempatkan keberagaman budaya sebagai elemen penting dalam proses pembelajaran, membantu peserta didik merasa diakui dan nilai.
- Hubungan dengan kearifan lokal
CRT menekankan pentingnya memahami dan memanfaatkan kearifan lokal dalam proses pembelajaran. Di Indonesia, di mana kearifan lokal dan tradisi budaya memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, CRT dapat mempromosikan penerapan konten pembelajaran yang terkait dengan konteks budaya setempat.
- Pemahaman terhadap isu -- isu lokal
CRT membantu peserta didik untuk memahami isu-isu sosial dan budaya yang mungkin dihadapi dalam masyarakat mereka. Di Indonesia, di mana ada berbagai isu terkait dengan ketidaksetaraan, diskriminasi, dan hak asasi manusia, pendekatan ini dapat membantu peserta didik menjadi lebih sadar dan kritis terhadap realitas sosial.
- Pengembangan keterampilan antar budaya
Pendekatan CRT dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan budaya dan berkolaborasi dengan peserta didik lain yang berasal dari latar belakang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H