Implementasi UbD dalam pembelajaran
Understanding by Design (UbD) merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan sebagai alternative solusi untuk meningkatkan kualitas desain pembelajaran. Implementasi UbD dalam pembelajaran tidak terlepas dari konsep dan langkah -- langkah backward design, meliputi menentukan hasil yang diinginkan, menentukan bukti penilaian dan merencanakan pembelajaran. Menurut Wiggins dan McTighe dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama guru harus mengidentifikasi kompetensi yang diinginkan dengan membuat tujuan pembelajaran (Wiggins & McTighe, 2005). Untuk menentukan tujuan pembelajaran, guru harus memeriksa materi mana yang harus dikuasai oleh peserta didik termasuk kompetensi yang harus dimiliki berdasarkan standar kurikulum yang ada. Pada tahap 2, guru menentukan bukti validasi capaian tujuan dengan membuat instrument evaluasi dalam bentuk tes tertulis, kuis dan asesmen lainnya. Hal ini guru bertindak sebagai assessor sebelum membuat desain pembelajaran. Pada tahap 3, guru merencanakan kegiatan pembelajaran dengan strategi yang tepat. Berikut merupakan paparan tahapan pada Understanding by Design:
- Identifikasi hasil yang diinginkan
- Tujuan pembelajaran menjadi acuan penting yang harus dibuat dan ditetapkan serta dipertimbangkan dengan membuat prioritas pembelajaran berdasarkan kinerja jangka panjang agar siswa dapat melakukan apa yang telah dipelajarinya. Menurut Pertiwi dan Rundonuwo (2019), tujuan pembelajaran dapat dibuat dengan merumuskan poin-poin penting materi yang ingin dipelajari dan menuliskannya menggunakan kata kerja Bloom dalam sebuah kalimat.
- Tentukan bukti penilaian
- Pada tahap ini, guru mengumpulkan bukti terkait hasil atau pemahaman yang ingin dicapai oleh siswa dengan menggunakan asesmen dan berbagai metode penilaian yang diberikan seperti memberikan tugas kinerja berupa proyek, portofolio. Bukti lainnya seperti memberikan quiz, tes, pengamatan. Selain itu, asesmen yang perlu diberikan yaitu penilaian diri dan penilaian temansejawat.
- Merencanakan Pembelajaran
- Setelah mengumpulkan bukti penilaian, selanjutnya guru merencanakan pembelajaran, yang mana tahap ini merupakan tahap terakhir dari metode Backward Design yang bertujuan untukmembantu dan memandu tindakan guru untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan merencanakanpembelajaran berupa pemilihan metode pelajaran, urutan pelajaran, dan bahan sumber terkait materi yang akan dipelajari. Dalam kegiatan pembelajarannya, rancangan pembelajaran UbD menggunakan desain where to (where and why, hook and hold, equip, rethink and revise, evaluate, tailored, dan organized). Kelebihan menggunakan pendekatan UbD ini yaitu ketiga tahapannya dalam pembelajaran saling terkait dan pendidik bisa memastikan saat proses belajar mengajar bahwa tujuan pembelajarannya dapat tercapai melalui pembuktian pemahaman siswa terkait kenapa materi tersebut perlu dipelajari dan dikuasai, yang kemudian siswa mendapatkan hasil yang bagus (Pertiwi, Sudjito, & Rondonuwu, 2019). Secara garis besar, rancangan pembelajaran dalam UbD menekankan pada hasil pembelajaran yang mau dicapai dan didapat lebih awal (Wati, 2022).
Analisis implementasi UbD di Indonesia.
Implementasi Understanding by Design (UbD) sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Di Indonesia Understanding by Design sudah mulai diterapkan, yaitu dalam kurikulum merdeka. Dalam kurikulum merdeka, guru harus membuat asesmen/evaluasi mengenai kemampuan peserta didik sebelum merencanakan proses belajar mengajar, hal ini menjadi acuan untuk merencanakan proses belajar mengajar, bahan ajar, bahan evaluasi, maupun media pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Menggunakan kerangka kerja UbD dapat membantu memastikan bahwa kurikulum, konten, dan penilaian selaras dengan hasil spesifik dan keterampilan yang dapat ditransfer guru kepada peserta didik, menentukan bukti penilaian, merencanakan pengalaman dan instruksi belajar. UbD adalah contoh desain mundur, praktik melihat hasil untuk merancang unit kurikulum, penilaian kinerja, dan pengajaran di kelas. UbD fokus mengajar untuk mencapai pemahaman.
Pelaksanaan kurikulum merdeka di sekolah sampai saat ini masih ada pilihan untuk menjalankan kurikulum 2013 (K13), kurikulum darurat, atau kurikulum merdeka. Peserta didik menjadi pusat pembelajaran, pembelajaran lebih banyak dilaksanakan secara berkelompok agar terbangun kegotongroyongan pada siswa sesuai profil pelajar pancasila. Implementasi kurikulum merdeka dengan pendekatan UbD diawali dengan pelaksanaan asesmen diagnostik. Pembelajaran berbasis projek, tidak selalu berbuah produk tapi lebih ke pembiasaan dan perubahan sikap/karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Berkaitan dengan kegiatan merancang modul projek, sebenarnya bagi guru sudah menjadi hal biasa dilakukan karena pada dasarnya profesi guru adalah perancang. Tindakan paling penting dalam profesi guru adalah merancang pembelajaran dan projek serta pengalaman belajar untuk memenuhi tujuan tertentu. Guru juga menjadi perancang penilaian untuk mendiagnosis kebutuhan sisa sebagai panduan dalam mengajar dan membuat projek sehingga memungkinkan guru, siswa, dan pihak lain untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran dan projek tersebut telah tercapai. Pada pembuatan projek P5 ini guru dapat menggunakan UbD dengan backward design. Merancang mundur dalam strategi backward design berarti guru menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Guru mendefinisikan tujuan projek, menentukan teknik yang mendorong pada pencapaian tujuan, kemudian merancang modul projek.
Hasil pembelajaran peserta didik yang diharapkan dalam kerangka UbD.
Pemahaman peserta didik menjadi salah satu fokus keberhasilan yang ingin dicapai dalam sebuah proses pembelajaran. Ada 6 aspek pemahaman dikuasai oleh peserta didik yaitu: (1) Mampu menjelaskan. Peserta didik dapat menjelaskan melalui generalisasi atau prinsip, memberikan fenomena-fenomena, fakta, dan data yang dibenarkan dan sistematis, serta membuat koneksi yangmendalam dan memberikan contoh atau ilustrasi yang menerangi; (2) Mampu menafsirkan. Peserta didik dapat menafsirkan melalui cerita-cerita yang bermakna, menawarkan terjemahan yang tepat,memberikan dimensi historis atau pribadi yang terbuka untuk ide dan peristiwa, sertamembuat objek memahami pribadi atau dapat diakses melalui gambar, anekdot, analogi,dan model; (3) Mampu menerapkan. Peserta didik dapat menerapkan secara efektif menggunakan dan menyesuaikan apa yang diketahui dalam konteks yang beragam dan nyata; (4) Memiliki perspektif. Peserta didik dapat memiliki perspektif apabila dapat melihat dan mendengar dari berbagai sudutpandang yang kritis, melihat gambaran umumnya; (5) Berempati. Peserta didik dapat memiliki empati apabila menemukan nilai dalam apa yang orang lain mungkin temukan aneh, dan tidakmasuk akal, persepsi secara sensitif berdasarkan pengalaman langsung sebelumnya; dan (6) Memiliki pengetahuan diri. Peserta didik memiliki pengetahuan diri apabila menunjukkan kesadaran metakognitif,memahami gaya pribadi, prasangka, proyeksi, dan kebiasaan pikiran yang membentuk danmenghambat pemahaman kita sendiri, menyadari apa yang tidak kita mengerti, renungkanarti pembelajaran dan pengalaman.
Peran guru dalam implementasi UbD
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam implementasi Understanding by Design (UbD). Berikut adalah beberapa peran gurudalam implementasi UbD:
- Perencanaan: Guru harus merencanakan pembelajaran yang efektif dan esien dengan menggunakan kerangka UbD. Mereka harus memahami tujuan pembelajaran dan menentukanbagaimana konsep dan keterampilan akan diajarkan kepadapeserta didik.
- Penilaian: Guru harus menentukan bagaimana hasil pembelajaran akan dinilai dan menentukan bagaimana peserta didik akan diberikan umpan balik tentang kinerja mereka.
- Desain pembelajaran: Guru harus menentukan bagaimana konsep dan keterampilan akan diajarkan kepada peserta didik dan membuat tugas dan aktivitas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Fasilitasi: Guru harus memfasilitasi pembelajaran dengan memastikan bahwa peserta didik memahami konsep danketerampilan yang diajarkan. Guru harus membantu pesertadidik untuk berpikir kritis dan mengaplikasikan konsep dan keterampilan situasi nyata.
- Memonitoring dan evaluasi: Guru harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan bahwa pembelajaran berlangsung efektif dan peserta didik memahami konsep dan keterampilan yang diajarkan.
Â