Lansia merupakan kelompok berisiko yang terus meningkat jumlahnya. Di Indonesia, populasi lansia menduduki urutan keempat terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat.Â
Dengan bertambahnya jumlah ini, maka penting untuk memperhatikan kesehatan dari lansia tersebut. Menurut Lancaster (2016), lansia memiliki tiga karakteristik risiko kesehatan, yaitu risiko biologi, risiko sosial dan lingkungan, serta risiko perilaku atau gaya hidup. Risiko biologi terkait dengan usia, yaitu terjadinya degradasi atau penurunan fungsi biologis karena menua.
 Risiko sosial berhubungan dengan penurunan pendapatan ekonomi akibat banyaknya pengangguran karena pensiunan. Risiko perilaku berhubungan dengan berkurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang berisiko meningkatkan angka mortalitas. Lansia identik dengan penurunan derajat kesehatan, utamanya kesehatan fisik.Â
Bertambahnya usia akan diiringi dengan timbulnya penyakit, penurunan fungsi tubuh, keseimbangan, dan risiko jatuh. Selain itu, penurunan akan perawatan diri, seperti mandi atau berpakaian secara mandiri juga akan terlihat.Â
Penurunan ini juga memicu stres terhadap lansia dan bisa berujung pada depresi. Depresi menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi kualitas hidup. Maka dari itu, penting untuk membuat lansia melakukan perawatan dirinya supaya tidak sampai timbul stres.Â
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan latihan fisik. Latihan berfungsi untuk meningkatkan kesehatan fisik juga mental. Selain itu, dapat mengurangi risiko terkena penyakit. Latihan juga bisa menurunkan gejala depresi.Â
Terdapat sebuah studi yang dilakukan oleh Kiik dkk. (2018) dengan quasi experiment pre-post with control group design yang diikuti oleh 60 responden dengan kriteria berusia 60-74 tahun, mampu berjalan, tidak menggunakan alat bantu jalan, dapat membaca dan menulis, tidak mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, dan tidak mengalami hipotensi postural, serta tidak mengikuti senam rutin.Â
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen WHOQOL-BREF. Latihan yang ditawarkan dalam studi ini adalah latihan keseimbangan yang dilakukan dengan 8 gerakan utama, yaitu (1) pemanasan, (2) memutar bahu, (3) berjalan menyamping, (4) berjalan menyilang, (5) berjalan dengan tumit dan jari, (6) berdiri satu kaki, (7) bangun dari duduk, dan (8) pendinginan. Latihannya dilakukan sebanyak 2 kali seminggu, yaitu hari senin dan rabu setiap pukul 09.00 WIB selama 8 minggu dengan durasi 30 menit.Â
Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara kelompok kontrol dan intervensi, yaitu kualitas hidup kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Latihan keseimbangan selama 6 bulan di Australia menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup lansia.Â
Selain itu, program latihan pada lansia dapat meningkatkan kualitas hidup, harga diri, dan menurunkan gejala depresi. Latihan keseimbangan dapat mengurangi penurunan sistem muskuloskeletal sehingga dapat memperbaiki koordinasi tubuh, mencegah kehilangan massa otot, dan memperbaiki fungsi tubuh. Latihan keseimbangan juga meningkatkan aspek psikologis.Â
Dengan adanya latihan, maka lansia akan lebih fokus sehingga mampu berkonsentrasi dan meningkatkan penerimaan akan tubuhnya, maka membuat kepuasan terhadap diri sendiri meningkat.Â