Mohon tunggu...
Tri Sukmono Joko PBS
Tri Sukmono Joko PBS Mohon Tunggu... Dosen - Tenaga Pengajar, Sekretaris Pada Yayasan Lentera Dikdaktika Gantari

Hobi membaca, senang menjadi narasumber di Bidang Manajemen Risiko

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perilaku Sopan Tidak Identik Dengan Kebaikan

9 Januari 2025   07:50 Diperbarui: 9 Januari 2025   07:50 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan oleh putusan pengadilan berupa hukuman 6,5 tahun terhadap tersangka korupsi timah yang nilainya ratusan triliun rupiah.  Yang buat heboh adalah alasan hakim memberikan keringanan hukuman antara lain karena terdakwa berperilaku sopan pada saat persidangan. Dengan kasus ini terbukalah mata kita semua bahwa ternyata orang yang sopan itu tidak selalu orang baik. Dan akhir-akhir ini para pelaku kejahatan penipuan semuanya berperilaku sopan, ucapannya sopan bahasa yang digunakan halus, berpenampilan rapi, kalau penjahatnya perempuan biasanya berparas cantik penuh senyum manis, kalau penjahatnya laki-laki juga berparas ganteng, berpenampilan kaya, senyum ramah, dan menawarkan pertolongan atau bantuan.

Perilaku sopan adalah perilaku khas bangsa Indonesia dan ini sudah terkenal sampai ke luar negeri, kita dikenal dengan bangsa yang sopan. Dulu kejujuran itu dan kesopanan itu menjadi sifat yang tidak terpisahkan dari diri setiap orang Indonesia, namun sepertinya pengaruh pragmatisme, materialistis dan gaya hidup hedonis menyebabkan sifat jujur itu kini tidak lagi bersamaan dengan kesopanan. Perilaku-perilaku jahat namun sopan tampaknya saat ini banyak mewarnai bangsa ini mulai dari kalangan pegawai biasa, pejabat, dan politikus.

Orang berupaya meraih jabatannya dengan berperilaku tidak jujur dengan membuat fitnah atau membuat freming kesan buruk terhadap saingannya dengan berbagai fitnah dan pembunuhan karakter, apakah pelaku kejahatan seperti berperilaku kasar? Tentu tidak penjahat seperti justru berperilaku sopan dalam upaya menarik simpati orang agar bersama-sama memusuhi dan memandang secara buruk lawan atau saingannya dalam memperoleh jabatan.

Ada lagi perilaku munafik dan sopan yang dilakukan pimpinan kepada stafnya yang ternyata memiliki kelebihan atau kompetensi. Karena takut kalah saing atau tidak suka ada orang yang lebih bersinar dari dirinya, maka ia berupaya dengan cara halus menutup semua kemungkinan untuk stafnya bisa berkembang tetapi ketika bertemu dengan stafnya perilakunya sopan seolah membuka peluang baik bagi stafnya tetapi di belakang berupaya menutup semua kemungkinan.

Ada lagi perilaku para Politisi yang tidak jujur tetapi berperilaku sopan di depan masyarakat karena menginginkan banyak dukungan dengan mengumbar banyak janji dan berpenampilan seperti orang saleh, namun belakangan Tuhan membukakan aib yang sebenarnya dengan berbagai kasus skandal yang terungkap.

Peristiwa-peristiwa itu membuat kita menjadi ragu, skeptis, dan sangat tidak mudah mempercayai orang. Dulu kita dengan nyaman dan tanpa rasa curiga mengangkat panggilan telepon walaupun dari orang yang tidak dikenal, sekarang kita tidak akan menjawab panggilan dari nomor penelepon yang tidak kita kenal karena modus-modus penipuan pembobolan rekening tabungan diawali dengan panggilan telepon oleh seseorang yang berbahasa sangat sopan. Kita pun dengan ragu dan sangat berhati-hati untuk membukakan pintu kepada orang yang tidak dikenal mengetuk atau memijit bel pintu rumah, karena penipuan dengan menggunakan hipnotis banyak saat ini yang diawali dengan mengetuk pintu dan menanyakan sesuatu kepada kita.

Kita semua tidak menyukai kekasaran baik perilaku maupun dalam penggunaan bahasa, tetapi kalau boleh kita katakan bahwa yang berkata kasar itu justru saat ini merupakan perilaku yang paling jujur. Orang marah biasanya akan berkata kasar tetapi kita bisa menemukan kejujuran tentang sesuatu yang membuatnya marah, bahkan kita bisa temukan kejujuran pada perilaku sadis yang dilakukan pelaku begal atau rampok yakni keterbatasan akan akses ekonomi sehingga memaksanya melakukan kejahatan.

Kesopanan dan tidak jujur itu saat ini lebih melekat pada pelaku kejahatan seperti korupsi, pencopet, penipu, dan pembuat fitnah para pelaku kejahatan ini ada di sekitar kita boleh jadi dekat dan menunggu kesempatan ketika anda lengah dan memberikan kepercayaan secara berlebihan kepada pelaku.

Hanya kepada Allah saja kita berlindung dari segala kejahatan baik yang tersembunyi maupun terang-terangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun