Mohon tunggu...
Tri Sukmono Joko PBS
Tri Sukmono Joko PBS Mohon Tunggu... Dosen - Tenaga Pengajar

Hobi membaca, senang menjadi narasumber di Bidang Manajemen Risiko

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belajar Menerima Keadaan

12 Juli 2024   09:48 Diperbarui: 12 Juli 2024   09:51 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa hari ini di kantor tempat saya bekerja, saya memperhatikan beberapa orang antara lain petugas kebersihan yang selalu datang tiba di kantor sebelum matahari terbit sama dengan saya dan terkadang secara kebetulan menggunakan bus umum yang sama, para petugas keamanan, para pedagang, petugas yang merawat masjid. Mereka semua adalah pekerja keras dan berdedikasi tinggi, berangkat dari rumah sebelum matahari terbit dan pulang setelah semua orang yang  bekerja di kantor pulang, jadi mereka datang paling awal dan pulang akhir. Namun kerja keras dan dedikasi mereka yang tinggi tidaklah sebanding dengan penghasilan yang mereka dapat. Mereka para petugas kebersihan dan petugas keamanan itu digaji dengan upah minimum saja dan tidak ada tunjangan sebagaimana diterima oleh pegawai pemerintah atau pegawai swasta lainnya.

Petugas kebersihan yang datangnya paling pagi dan sering berlomba  dengan saya dalam hal kedatangan ke tempat kerja, yang pertama dia lakukan ketika sampai adalah membuat photo status bahwa dia sudah tiba di lokasi kerja, kemudian melakukan daftar kehadiran di aplikasi finger prints setelah itu langsung kerja, tidak ada saya lihat ia duduk-duduk dulu untuk berbincang dengan rekan yang lain atau rekan petugas keamanan. Tugasnya membersihkan sampah-sampah yang umumnya adalah daun yang jatuh dari pohon yang ditanam di sekitar kantor. Bagitu juga dengan siang dan sore itulah tugas utamanya, ternyata di sela-sela waktu tugas utamanya dia juga ditugaskan untuk merapikan taman atau menembok beberapa pembatas taman yang rusak. Ia cukup bekerja sangat keras menurut saya.  Namun dengan gaji UMR dan punya tanggungan merawat orang tua yang sakit orang seperti ini sangat tegar, menerima apa adanya penghasilan yang saya kira jauh dari cukup namun tidak mengeluh.

Berikutnya, orang yang menjadi obyek pengamatan saya adalah petugas masjid, ada beberapa orang petugas masjid namun hanya seorang yang menarik perhatian saya. Ia pun sebagai petugas masjid dibayar menurut UMR, tugasnya lumayan banyak, dari membersihkan karpet dan sajadah, kemudian mengepel lantai, dan mengimami shalat berjamaah. Ia menginap di lingkungan masjid karena tempat tinggal dan keluarganya berada di luar kota yakni Sukabumi. Sebagian besar penghasilannya di kirimkan ke keluarganya di kampung, ia banyak berpuasa dan membaca kita Al-Quran. Saya pernah ngobrol lama dengannya, ternyata pemahaman agamanya pun tidak bisa dibilang rendah, ia mampu membaca kita berbahasa Arab yang tanpa tanda baca (tulisan huruf arab gundul), beberapa judul kitab pernah ia sebutkan, dan pernah juga dengan saya membahas isi kitab-kitab itu.  Ia pun sangat bersyukur dengan apa yang sudah ada padanya tidak mengharapkan apa pun secara berlebihan.

Di belakang halaman kantor, di sebuah sudut terdapat kios kecil tempat seorang bapak tua berjualan, usianya kira-kira sudah lebih dari 70 tahun. Dia berjualan sudah sangat lama, sebelum saya menjadi pegawai di kantor ini, ia sudah berjualan. Uniknya semua pegawai senior di kantor saya menghormatinya dan melindunginya. Pernah ada pergantian pimpinan baru yang berasal dari luar dan mencoba menertibkan/menggusur namun setelah mendengar penjelasan para pegawai akhirnya tidak jadi melakukan penggusuran bahkan kios tempat berjualannya dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi sedap dipandang. Bapak tua ini pun, membuat saya kagum. Ia menerima apa yang Tuhan berikan tanpa bertanya atau pun komplain, penghasilannya tidak menentu dan tinggalnya cukup jauh dari ibu kota.  Ketika saya tanya bagaimana bapak menghitung keuntungan penjualannya, ia menjawab tidak tahu, ia hanya membeli barang dari toko grosir dan menjualnya kembali dengan ada selisih harga. Namun yang unik, barang-barang yang dijualnya bukanlah barang kebutuhan kantor seperti kertas dan alat tulis, dan bukannya juga makanan atau minuman, barang yang dijualnya berupa perkakas tukang seperti palu, paku, kunci inggris, lem pipa, dan lain-lain. Barang-barang seperti ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa kembali modal. Uniknya menurut bapak tua ini kebutuhan untuk makan sehari-hari ya ada saja jalan untuk memenuhinya. Ia percaya rezeki setiap manusia sudah ada  ukurannya dari Tuhan, manusia hanya menjalani hasilnya Tuhan yang menentukan.

Saya belajar dari mereka yang saya amati untuk menerima keputusan Tuhan tentang karier dan kehidupan pribadi saya. Selama 26 tahun lebih saya menjadi pegawai karier saya tidak mencolok tetapi tidak juga berada pada posisi paling bawah. Namun bila dihitung dengan waktu maka perjalanan selama 26 tahun itu bisa disimpulkan bahwa karier saya berjalan begitu lambat. Saya pernah bercita-cita ingin menduduki jabatan tertentu sebagaimana keinginan para pegawai lainnya, namun beberapa kali saya disadarkan oleh peristiwa yang itu saya yakini berasal dari Tuhan. Kira-kira 14 tahun yang lalu, saya dipanggil oleh pimpinan dan ditawari sebuah jabatan yang menurut saya itu jabatan keren yakni sebagai kepala bagian, namun pada saat itu dengan polos dan lancarnya lidah saya menjawab tawaran pimpinan dengan kalimat 'baik Pak saya bersedia menerima amanah dari Bapak dan akan saya jalankan dengan sebaik-baiknya, namun dengan catatan bahwa saya tidak pernah meminta'. Mungkin dengan jawaban itu, pada akhirnya saya tidak jadi menerima jabatan sebagai kepala bagian. Ada sedikit rasa kecewa, karena rekan-rekan satu angkatan mereka menerima dan menduduki posisi jabatan yang saya bilang keren tadi. Beberapa minggu peristiwa itu pun saya lupakan dan saya bertugas seperti biasa, pada kesempatan perjalanan dinas ke daerah saya bertemu dengan salah satu dosen yang ternyata memiliki kemampuan meramal. Saat itu sang dosen meramal teman satu tim saya katanya 'mohon maaf ya Pak bukannya saya mendahului Tuhan, tetapi dalam waktu dekat bapak akan kehilangan jabatan yang sekarang bapak pegang'. Kemudian sang dosen melihat saya, walaupun saya tidak minta diramal, sang dosen berkata kepada saya 'kalau bapak bisa jadi pejabat tetapi saya sarankan jangan karena selain harus menggunakan uang ada bahaya yang menanti'. Begitulah sang dosen peramal manyampaikan dan saya tidak begitu serius menanggapi. Namun satu minggu sepulang perjalanan dinas, teman tim saya itu kehilangan jabatannya sebagai kasubbag keuangan, waah saya pikir ada benarnya juga yang dikatakan dosen minggu lalu. Pada tahun 2012 kira-kira ada prahara yang menimpa institusi tempat saya bekerja yakni masuknya Tim KPK dan semua pejabat diperiksa dan di akhir kisah pimpinan tertinggi dijatuhi hukuman penjara. Rekan-rekan saya satu angkatan yang menduduki jabatan dikenakan kewajiban mengembalikan uang kepada negara bervariasi dimulai dari 200 juta sampai dengan 500 juta. Saya berucap syukur alhamdulillah seandainya saya menduduki jabatan waktu itu tentu juga saya terkena sanksi. Ternyata ada hikmah dari menerima keputusan Tuhan, kita merasa kecewa karena tidak mengetahui kebaikan apa yang diberikan Tuhan kepada kita. Sejak saat itu saya tidak pernah punya ambisi untuk berlomba dalam jabatan kepemimpinan, saya coba menerima apa adanya dari apa yang diberikan Tuhan. Seperti saat ini sudah dua bulan saya terkatung-katung tidak ada kejelasan penempatan jabatan, karena saya mengundurkan diri dari jabatan yang lama sebagai auditor dan meminta di tempatkan di posisi lain profesi selain auditor disebabkan kejenuhan selama 26 tahun. Saya berharap ada rencana baik Tuhan kepada saya. Aamiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun