Kesulitan yang dialami oleh para pelaksana atau staf di lingkungan Satuan Kerja (Satker) sehingga Tabel Risiko dan Peta Risiko yang dibuat tidak memberikan manfaat bagi pelaksanaan program atau kegiatan organisasi adalah staf yang bersangkutan tidak dapat memahami proses dalam melakukan identifikasi risiko, tidak memahami bagaimana mengukur probabilitas atau frekuensi keterjadian, dan tidak dapat mengukur dampak.
Kesulitan dalam mengidentifikasi risiko antara lain disebabkan staf yang ditugasi mengidentifikasi risiko tidak memahami proses bisnis dari sebuah kegiatan atau program dan tidak mengkaitkan dengan konteks baik yang internal maupun yang eksternal, sehingga pengidentifikasi risiko dilakukan dengan gambling  atau untung-untungan dari sebuah cara berpikir yang mengira-ngira. Kegunaan dari pemahaman atas proses bisnis adalah dapat diketahuinya siapa pemilik risiko sebenarnya dan dapat diketahui pula penyebab sebenarnya. Sedangkan konteks internal adalah pemahaman bahwa dalam melakukan identifikasi risiko-risiko di setiap tahapan proses bisnis akan berkaitan dengan 3M yakni Man, Material, and Money sebagai penyebab dari risiko. Jadi penyebab risiko dapat bersumber dari kurang memadainya jumlah atau kualitas Manusia (SDM), kurang memadainya sarana-prasarana yang digunakan, dan tidak memadainya ketersediaan dana untuk mendukung kegiatan atau program. Kesalahan lain dalam mengidentifikasi risiko adalah tidak dilakukannya wawancara atau berkonsultasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses bisnis.
Kesalahan berikutnya tidak menetapkan ukuran atau indikator terkait probabilitas  atau kemungkinan keterjadian. Hal ini disebabkan staf yang mengidentifikasi risiko tidak mengetahui seberapa besar risiko yang masuk kategori pasti akan terjadi, jarang terjadi, atau sangat jarang terjadi. Oleh sebab itu harus ditetapkan terlebih dahulu oleh pimpinan satker bahwa yang disebut pasti akan terjadi itu misalnya 5 kali dalam satu periode transaksi dan seterusnya.
Kesalahan lainnya yang membuat risk register tidak bermanfaat adalah tidak menetapkan ukuran atau indikator terkait besaran dampak, dan tidak menghubungkan risiko itu akan berdampak pada capaian kinerja yang diperjanjikan, atau tidak dihubungkan dengan key performance indicator (KPI). Kesalahan yang banyak dilakukan adalah menyatakan dampak itu dalam bentuk narasi dan bukan dalam bentuk kuantitatif seperti angka atau prosesntasi, sedangkan KPI atau pernjanjian kinerja ditetapkan dalam kuantitaif. Sehingga risiko yang diidentifikasi tidak dapat diketahui seberapa besar dampaknya dapat menghambat ketercapaian kinerja.
Demikian penyebab risk register dan map risk menjadi tidak berguna. Padahal yang disebut peta risiko itu harus bisa dijadikan rambu atau peringatan dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sehingga segala risiko yang dapat menghambat ketercapaian kinerja dapat dimitagasi dengan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H