Mohon tunggu...
Tristia Riskawati
Tristia Riskawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa ilmu komunikasi universitas padjadjaran. mengapa harus mengata-ngatai? saya hanyalah pelukis kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Ingin Mentraktirnya Baso Tahu

16 September 2010   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Imam itu berdiri berbalik. Merapatkan jemaahnya. Bagusnya katanya sampai bersentuhan lunak dengan kanan-kirimu. Pria wanita ia tegur– jika barisan perwujudan tiang agama itu bolongnya terlihat. Ketika mengucap takbir akbar gaungnya menghantui. Kujamin akan takjublah engkau dibuatnya. Selepas tamatnya ritual terdapat seorang pemuda menghampirinya. Bersama pemuda itu ia berjalan beriringan meninggalkan masjid. Ia siap menjadi peminat paling setia ode galau sang pemuda. Pendengar yang baik kau kira? Memang, ya. Namun nyatanya seringkali ia terasuki. Jika mimbar telah dinaiki, semacam ruh berkekuatan penuh hinggap dalam jiwanya. Sampai ia pernah bilang harga kenaikan BBM itu haram! Atau dosen-dosen sebuah institut teknologi di kotaku merupakan budak dari jeratan kapitalisme! Whoa. Kalau saja aku berkesempatan dapat mentraktirnya makan baso tahu. Sembari bertanya mengapa harga BBM itu haram. Dan apakah ada bukti nyata jeratan kapitalisme yang dialami para dosen malang tersebut? Dan pula tidak penting apakah ia akan memeras jeruk nipis di atas hidangan baso tahunya atau tidak. Aku hanya ingin tahu apakah kacang yang terdapat sambal kacang hidangan baso tahu yang kusuguhi ia anggap sebagai produk jelmaan kapitalisme? Haha. [caption id="attachment_259692" align="aligncenter" width="300" caption="And it's getting tough now."][/caption] Kau tahu? Semalam suntuk aku berpikir tentang ini. Sampai pekat dan ibuku berkata: “Saatnya sahur, Nak!”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun