Terdapat banyak tradisi di Gorontalo menjelang hari raya idul fitri salah satunya yaitu tumbilotohe. Tumbilotohe merupakan tradisi unik yang berasal dari Provinsi Gorontalo.Â
Tradisi tumbilotohe biasanya dilaksanakan pada tiga malam sebelum menjelang hari raya idul fitri. Tradisi ini menandakan bahwa akan berakhirnya bulan suci Ramadhan.
Tumbilotohe berasal dari bahasa Gorontalo, yang diambil dari dua suku kata tumbilo dan tohe. Tumbilo memiliki arti Pasang dan Tohe memiliki arti Lampu. Yang biasa dikenal dengan tradisi pasang lampu.Â
Lampu-lampu yang digunakan masih tradisonal, dimana masih menggunakan minyak tanah dan botol kaca atau kaleng bekas yang diberi sumbu dan ditata rapi. Tetapi, terdapat juga masyarakat yang menggunakan lampu listrik warna-warni yang dibentuk agar menarik.
Tradisi tumbilotohe telah ada sejak ke-15. Pada saat itu masyarakat Gorontalo memasang lampu di depan rumah mereka untuk memberi penerangan ke halaman dan jalanan kepada masyarakat yang ingin pergi melaksanakan ibadah di masjid untuk meraih malam lailatul qadar. Masyarakat Gorontalo dahulu menggunakan penerangan yang biasa disebut wango-wango.
 Akan tetapi wango-wango apinya tidak bisa menyala lama. Setelah itu masyarakat Gorontalo menggunakan Tohetu yang berasal dari damar atau semacam getah padat. Seiring berjalannya waktu masyarakat mengganti Tohetu dengan memakai lampu yang menggunakan sumbu dan minyak tanah yang diwadahi dengan botol kaca.
Saat tradisi tumbilotohe digelar, wilayah gorontalo menjadi terang dikarenakan banyak sekali antusias masyarakat gorontalo yang melestarikan tradisi ini. Tradisi tumbilotohe pada penghujung bulan Ramadhan diyakini sangat kental dengan nilai agama. Oleh karena itu tardisi ini terus dilestarikan oleh masyarakat gorontalo hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H