Muncul soal yang jauh lebih kompleks: bagaimana pengaruh sisa-sisa obat-obatan itu pada lingkungan, terutama makhluk hidup lain selain manusia? Penelitian di Swedia memberi hasil yang sungguh mengejutkan. Pakar di sana membuat eksperimen antara ikan yang tinggal di danau dengan air tercemar sisa obat-obatan yang datang dari laut, dengan yang tidak.
Rupanya, pengaruh obat-obatan itu pada ikan berbanding terbalik dengan reaksi manusia. Jika si ikan terkena air yang mengandung obat tidur sejenis valium, sikapnya malah menjadi agresif dan berani. Mereka tidak lagi ketakutan dan hidup berkelompok guna menghindari pemangsa. Jadi diam-diam, mungkin tanpa kita sadari, taik dan kencing yang kita buang itu sudah mengubah lingkungan sekitar, termasuk ekosistem penunjang kehidupan di bumi ini.
Di sini, taik dan kencing bisa melukiskan dengan baik apa yang sekarang mahsyur disebut sebagai konsep Anthroposcene. Kehadiran kita, manusia, sebagai Homo Sapiens, sudah mengubah secara mendasar keseimbangan ekologis yang menopang kehidupan seluruh makhluk di muka bumi ini. Semua konsep itu bisa ditelusuri jika kita mau merenungkan soal taik dan kencing.
Sayangnya, sampai sekarang, para ilmuwan di Indoneia tidak punya kemampuan maupun imajinasi untuk menyelidiki soal taik dan kencing. Padahal jelas, sungai-sungai kita masih selalu tercemar dengan taik dan kencing yang diproduksi setiap hari.
Juga, kadang-kadang, ada kasur yang mengambang, kertas koran, mebel dan pakaian, sampai kondom pun ikut menghiasi sungai-sungai itu. Sebenarnya sungai-sungai itu bisa bercerita banyak tentang hidup kita sehari-hari, kan? Saya kira, para ilmuwan dan peneliti yang sekarang berkumpul di BRIN itu sudah saatnya menaruh perhatian pada taik dan kencing!
Tapi juga Anda. Saya ingin menasihati, lain kali saat Anda sedang di toilet, cobalah merenungkan nasib taik dan kencing yang Anda produksi, serta apa akibatnya bagi lingkungan sekitar. Selamat merenung, dan tuliskan hasilnya, ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H