Di tengah banyaknya masalah sosial ekonomi, budaya, politik, agama, maupun lingkungan, kita juga sebenarnya dihadapkan dengan tantangan dan tanggung jawab besar akan visi Bangasa kita yaitu Indonesia Emas 2045.(100 tahun Indonesia Merdeka). Fenomena itu, tidak hanya sekadar penggenapan 100 tahun kemerdekaan Indonesia tetapi sekaligus hendak menjadikan negara Indonesia sebagai negara maju dan berpenghasilan tinggi. Kami menemukan bahwa ada beberapa target besar yang diharapkan bisa tercapai pada tahun 2045 diantara; pertama, Ekonomi Terbesar ke-4 di Dunia. Mengoptimalkan potensi lokal adalah manifestasi yang signifikan juga untuk mencapai semua harapan itu. Maka dalam pembahasan ditulisan ini kelompok kami akan mensinkronkan semua harapan dan potensi yang dimilki Indonesia dalam mencapai visi besar di tahun 2045. Selanjutnya kami akan dalami bagaimana potensi loklal dan adaptivitas kaum muda yang turut menjadi andil besar dalam pencapaian visi besar ini.Â
Benar bahwa kesuksesan Bangsa Indonesia untuk mencapai potensi maksimal di tahun 2045 adalah tanggung jawab semua masyrakat Indonesia tanpa terkeculi. Tetapi pemuda adalah andil utama yang mestinya memiliki gugatan serius untuk pencapaian visi besar itu berhadapan dengan pelbagai masalah besar yang masih nyata dihadapi Bangsa sampai saat ini. Hal ini berdasar juga pada perkiraan bahwa jumlah pemuda di Indonesia saat ini melebihi 65 juta jiwa. Visi besar Indonesia maju (saat Indonesia emas), tentu saja dengan persiapan besar dan bukan sebatas narasi target rasionalitas tetapi juga manifestasi nyata yang bisa menjawabi tantangan dan memberikan peluang untuk setiap target dan perencanaan besar Bangsa untuk menejmput usia emasnya tersebut.
1. Era Bonus Demografi dan Target Perekonomian.
Sebelum mencapai pada usia emas, Indonesia akan mengalami Bonus Demografi di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif (anak-anak dan lansia). Â Era ini akan dialami oleh Indonesia pada tahun 2030, ketika lebih dari 70% total populasi Indonesia berada dalam rentangan usia kerja. Pada tahun 2030, Indonesia akan memilliki sekitar 190 juta penduduk usia produktif yang akan mendominasi struktur dfemografi negara. Sementara itu, target pereekonomian Indonesia tahun 2045 adalah Terbesar ke-4 di dunia. Indonesia diperkirakan akan menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai sekitar U$D 8,89 triliun pada tahun 2045. Hal ini didorong oleh bonus demografi, di mana 64% dari total populasi diperkirakan berada dalam usia produktif. Memanfaatkan Bonus Demografi tentu saja adalah langkah strategis untuk mengembangkan perekonomian Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2045 sesuai target yang diharapkan. Tetapi penting juga kita melihat bahwa Bonus Demografi itu sendiri adalah pedang bermata dua yang tidak hanya memberikan peluang tetapi juga memberikan tantangan. Hal ini akan sangat berdampak terhadap target pencapaian perekonomian Indonesia yang besar itu.Â
 Tantangan Bonus Demografi terhadap Perkembangan dan Target Perekonomian adalah; (1) Ketersediaan Lapangan Kerja dan Kualitas Pendidikan: Salah satu tantangan utama adalah menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk menyerap jumlah tenaga kerja yang meningkat. Jika lapangan kerja tidak tersedia, hal ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat pengangguran, yang berdampak negatif pada perekonomian dan stabilitas sosial. Meskipun jumlah penduduk usia produktif meningkat, tantangan kualitas pendidikan dan keterampilan tetap harus diatasi. Banyak lulusan mungkin tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, sehingga menciptakan kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki dan yang dibutuhkan di pasar kerja. (2). Infrastruktur yang Memadai dan penyediaan layanan kesehatan: Pertumbuhan ekonomi yang pesat memerlukan dukungan infrastruktur yang baik, termasuk transportasi, energi, dan komunikasi. Keterbatasan infrastruktur dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi daya saing Indonesia di tingkat global. Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif, permintaan akan layanan kesehatan juga meningkat. Sistem kesehatan yang tidak memadai dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih besar, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. (3) Ketimpangan Ekonomi dan Persaingan Global: Bonus demografi dapat memperburuk ketimpangan jika pertumbuhan ekonomi tidak merata. Jika hanya segelintir orang yang mendapatkan manfaat dari pertumbuhan, hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan sosial dan politik yang dapat merugikan stabilitas ekonomi. Di era globalisasi, Indonesia harus bersaing dengan negara lain yang juga berusaha memanfaatkan bonus demografi. Negara-negara yang lebih siap dalam hal inovasi, teknologi, dan pendidikan dapat dengan cepat mengungguli Indonesia dalam menarik investasi dan menciptakan lapangan kerja.  Â
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan strategi yang komperhensif untuk mencapai target-target perekonomian dan dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Â Beberapa tawaran yang menurut kelompok sangat strategis untuk diterapkan adalah: pertama, Penyediaan Lapangan Pekerjaan. Indonesia harus siap menyediakan pekerjaan untuk sebagian besar penduduk usia produktif yang akan memasuki pasar kerja pada 2030 dan setelahnya. Perencanaan jangka panjang yang melibatkan pengembangan sektor-sektor industri berbasis teknologi, seperti ekonomi digital, energi terbarukan, dan industri kreatif, akan membuka peluang kerja yang luas. Dalam konteks ini, bonus demografi yang memberikan jumlah tenaga kerja yang banyak akan menjadi sumber daya yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan sektor-sektor perekonomian kita sebagai persiapan yang sudah di targetkan untuk menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia. Kedua, Investasi Dalam Pendidikan dan keterampilan. Bonus demografi bukan hanya soal jumlah tenaga kerja, tetapi juga kualitas dari tenaga kerja tersebut. Untuk itu, investasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan menjadi kunci. Pendidikan yang berbasis pada keterampilan teknis dan kecakapan abad 21 akan memberikan nilai tambah bagi Indonesia untuk mengoptimalkan tenaga kerja yang melimpah. Hal ini akan mendukung Indonesia dalam memanfaatkan potensi besar ini untuk mendorong inovasi dan daya saing global, yang merupakan faktor penting menuju Indonesia Emas. Ketiga, Ketahanan Sosial dan Ekonomi. Â Meningkatnya jumlah usia kerja juga berpotensi mendukung sistem pensiun dan jaminan sosial yang lebih stabil, karena banyaknya kontribusi dari tenaga kerja yang aktif dalam perekonomian. Namun, Indonesia juga harus mempersiapkan mekanisme yang dapat menghadapi peningkatan jumlah lansia setelah periode bonus demografi, untuk memastikan keberlanjutan pembangunan sosial dan ekonomi. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Bonus demografi memberikan kesempatan besar bagi Indonesia untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan mencapai status negara maju. Namun, ini juga menuntut persiapan yang matang dalam hal pendidikan, pelatihan, penciptaan lapangan kerja, dan pengelolaan sumber daya manusia. Jika dimanfaatkan dengan baik, Indonesia dapat mencapai Indonesia Emas 2045, menciptakan lapangan kerja yang produktif, dan mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi. Namun, bonus demografi juga membawa tantangan, terutama dalam hal menyediakan pekerjaan yang cukup bagi jumlah tenaga kerja yang terus meningkat. Tanpa kebijakan yang tepat, Indonesia bisa menghadapi masalah pengangguran atau ketidakmampuan untuk memanfaatkan tenaga kerja secara maksimal.
2. Pengembangan Potensi Lokal dan Upaya Mengurangi Kemiskinan Untuk Indonesia Maju di Tahun 2045. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Setelah mendalami bagaimana sebaiknya kita memanfaatkan Bonus Demografi dan bagaimana sebaikanya kontribusi pemuda saat fenomena itu, hal selanjutnya adalah mengoptimalkan pengembangan potensi lokal dalam upaya mengurangi angka kemiskinan. Pengembangan potensi lokal merupakan salah satu strategi penting dalam upaya mengurangi kemiskinan di Indonesia, terutama dalam konteks mencapai visi Indonesia Maju pada tahun 2045. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan kearifan budaya setempat, pengembangan potensi lokal dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Utnuk lebih detailnya, berikut adalah beberapa hal yang menurut kami sangat baik untuk dikembangkan dari pengembangan potensi lokal, serta tantangan dan solusi untuk mengurangi kemiskinan dalam menjemput Indonesia maju di tahun 2045. Pertama, Konsep Pengembangan Potensi Lokal. Pengembangan potensi lokal mencakup berbagai inisiatif yang bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada di suatu daerah, baik itu sumber daya alam, budaya, maupun manusia. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan ekonomi, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan sumber daya alam, pengembangan potensi lokal menjadi sangat relevan. Kedua, Strategi Pengembangan Potensi Lokal. Beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan potensi lokal untuk mengurangi kemiskinan meliputi: (1) mendorong masyarakat untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berbasis pada produk lokal.[1] Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan keterampilan, akses permodalan, dan pemasaran produk lokal.[2] Kami melihat hal ini juga penting untuk mencipatkan semangat entrepreneur bagi kaum muda yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian dan peningkatan lapangan pekerjaan sebagaimana yang telah kkami paparkan pada point pertama. (2) Memanfaatkan Kearifan Lokal. Dalam pengelolaan sumber daya alam dan budaya, pemanfaatn kearifan lokal sangat dibutuhkan.[3] Misalnya, pengembangan pariwisata berbasis komunitas yang melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan dan pemanfaatn sumber daya alam secara berkelanjutan. (3) Sinergi Program Pemberdayaan. Mengintegrasikan berbagai program pemberdayaan dari pemerintah dan lembaga swasta untuk menciptakan dampak yang lebih besar. Sinergi ini dapat mencakup program perlindungan sosial, pendidikan, dan kesehatan yang saling mendukung dalam upaya pengetasan kemiskinan. Ketiga, Tantangan dan Solusi. Meskipun pengembangan potensi lokal memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, antara lain: (1) Keterbatasan Akses Terhadap Pendidikan dan Pelatihan. Tidak dipungkiri lagi bahwa masih begitu banyak daerah yang masih kekurangan fasilitas pendidikan dan atau pelatihan yang memadai. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta untuk menyediakan akses yang lebih baik. (2) Kurangnya Dukungan Infrastruktur. Fenomena ini adalah sesuatu yang lumrah dan banyak kita temukan di lembaga maupun komunitas, terutama di daerah yang masih tertinggal. Infrastruktur yang tidak memadai dapat menghambat pengembangan potensi lokal.[4] Investasi dalam infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan internet sangat penting untuk mendukung kegiatan ekonomi lokal. (3) Kesenjangan Dalam Pemberdayaan Ekonomi. Terdapat kesenjangan dalam akses terhadap sumber daya ekonomi di berbagai daerah. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan yang lebih inklusif untuk memastikan semua lapisan masyarakat dapat berpatisipasi dalam pengembangan ekonomi lokal.
Pengembangan potensi lokal merupakan langkah yang strategis dalam upaya mengurangi kemiskinan dan mencapai Indonesia maju pada tahun 2045. Â Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, memberdayakan masyarakat, dan melibatkan generasi muda, Indonesia dapat menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan berdaya saing. Sinergi antara berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, sangat diperlukan untuk mewujudkan visi ini.