Mohon tunggu...
Trisno Rusli
Trisno Rusli Mohon Tunggu... lainnya -

Tidak ada istimewa... Rutinitas sehari-hari sebagai pewarta yang mencoba menjunjung tinggi idealis meski disadari hal itu sangat sulit. Sejak duduk dibangku SD paling suka pelajaran Bahasa Indonesia terutama mengarang cerita. Hobi itu sempat terbenam hingga dibangku kuliah. Kembali tersalurkan saat bekerja di Palembang Ekspres (JPNN). Beda memang, mengarang cerita itu fiksi sementara di pekerjaan ini harus berdasarkan fakta. Demikian, Salam..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sirah Nabawiyah

26 November 2013   21:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:38 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Disimpul bab awal dari buku Sirah Nabawiyah (Dr Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthy)

A. Dipilihnya Jazirah Arabiah sebagai Tempat Kelahiran dan Pertumbuhan Islam

Sebelum Islam masuk, dunia dikuasai dua negara adi daya yakni Persia dan Romawi, kemudian disusul Yunani dan India.

1. Persia

Penguasa (Yazdasir II pertengahan abad kelima Masehi) menganut Zoroaster dengan ajaran mengutamakan perkawinan seorang dengan ibunya, anak perempuan dan saudaranya. Selain itu terdapat ajaran Mazdakia yaitu menghalalkan wanita, membolehkan harta dan menjadikan manusia sebagai serikat seperti perserikatan mereka dalam masalah air, api dan rumput.

2. Romawi

Dikuasai oleh semangat kolonialisme dengan mengandalkan kekuatan militer. Negeri ini terlibat pertentangan agama, antara Romawi di satu pihak dan Nasrani di lain pihak. Negara ini, pada waktu yang sama tak kalah bejatnya dengan Persia. Kehidupan nista, kebejatan moral dan pemerasan ekonomi, akibat melimpahnya penghasilan dan menumpuknya pajak.

3. Yunani

Negeri ini tenggelam dalam khurafat (khayalan) dan mitos verbal yang tidak pernah memberi manfaat.

4. India

Menurut ustaz Abul Hasan an-Nadawi (disepakati penulis sejarah), puncak kebejatan agama, akhlak ataupun sosial bermula sejak awal abad keenam Masehi. Hal ini berawal dari peradaban dan kebudayaan yang didasarkan nilai materialistik tanpa adanya nilai moral. Peradaban hanya sarana dan instrumen. Jika pemegang saran dan instrumen tidak memiliki pemikiran dan nilai moral yang benar, peradan akan berubah menjadi alat kesengsaraan dan kehancuran, demikian sebaliknya.

Jazirah Arab?

Bangsa Arab hidup dengan tenang, jauh dari bentuk kecurangan seperti di negara adi daya. Karakteristik mereka masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan sehat dan kuat serta mulia seperti setia, penolong, dermawan, harga diri dan kesucian.

Hanya saja, mereka tidak memiliki ma'rifat (pengetahuan) karena itu hidup dalam kegelapan, kebodohan dan alam fitrah yang pertama. Akibatnya, mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai kemanusiaan.

Alasan Dakwah di Jazirah Arab

Allah SWT selanjutnya memilih Rasulullah seorang ummi, tidak bisa menulis dengan tangan kanan dan tidak bisa membaca. Tujuannya, agar manusia tidak ragu terhadap kenabiannya dan tidak ragu dengan kebenaran dakwahya. Jika nabi seorang terpelajar dan pandai bergaul dengan kitab-kitab, sejarah umat terdahulu.

Kemudian dikhawatirkan ada keraguan jika muncul dakwah Islamiyah diantara dua umat yang memiliki peradaban budaya dan sejarah seperti Persia, Yunani atau Romawi. Sebab, orang yang ragu dan menolak mungkin akan menuduh dakwah Islam sebagai mata rantai pengalaman budaya dan pemilikiran filosofis.

Dipilihnya Jazirah Arab lantaran tidak terjangkau sama sekali oleh peradaban negeri tetangga. Demikian sistem pemikirannya, tidak tersentuh oleh filsafat membingungkan.

Allah telah menghendaki Rasul-Nya seorang ummi pada kaum mayoritas ummi agar mukjizat kenabian dan syariat Islamiyah menjadi jelas di dalam pikiran, tidak ada pembauran antara dakwah Islam dan dakwah manusia. Ini sudah jelas, Islam merupakan rahmat bagi hamba-Nya (al-Jumuah 2).

B. Muhammad SAW Penutup Para Nabi dan Hubungan Dakwahnya dengan Dakwah Samawiyah Terdahulu

Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi sesudahnya. Ini telah disepakati kaum muslim dan merupakan salah satu aksioma Islam. Hubungan dakwah Nabi Muhammad saw dengan nabi terdahulu berjalan atas prinsip ta'kid (penegasan) dan tatmim (penyempurnaan). Dakwah para nabi didasarkan dua asas yakni akidah, syariat dan akhlak.

Uraian :

Musa as diutus kepada Bani Israil sesuai dengan kondisi kaum pada waktu itu. Mereka memerlukan syariah ketat yang seluruhnya didasarkan atas asas 'azimah bukan rukhshah. Selanjutnya, diutuslah Nabi Isa as kepada mereka (Bani Israil) dengan membawa syariah sedikit longgar.

Soal akidah, Nabi Isa as membenarkan yang tertera di dalam kitab Taurat, menegaskan dan memperbaharui dakwahnya. Soal syariat dan hukum, halal haram, maka ia telah ditugaskan untuk mengadakan beberapa perubahan dan penyederhanaan dan menghapuskan sebagian hukum yang memberatkan.

Dalam masalah akidah, tugas setiap nabi tidak lain hanya menegaskan dari nabi terdahulu. Namun, masalah syariat, Rasul menghapus syariat sebelumnya kecuali hal yang ditegaskan oleh syariat yang akan datang atau didiamkannya.

Dari uraian diatas, jelas tidak ada istilah Adyan Samawiah (agama-agama langit) yang ada hanya syariat samawiyah (langit), dimana setiap syariat yang baru menghapuskan syariat sebelumnya. Ad-Dinul-Haq hanya satu, Islam. Semua nabi berdakwa kepadanya dan memerintahkan kepada manusia untuk tunduk (dainunah) kepadanya, sejak Nabi Adam sampai Muhammad saw.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun