Mohon tunggu...
Trisno Maulana Putra
Trisno Maulana Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Accept More, Expect Less

Open Donasi Buku bisa DM di Instagram @nino_triplesixx

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Esensi Sedekah: Bukan Investasi Duniawi

11 April 2022   01:45 Diperbarui: 11 April 2022   02:04 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mari kita bersama-sama untuk saling mengingatkan dan memperbaiki niat dalam beribadah, sebisa mungkin jangan mengharapkan balasan yang bersifat duniawi, karena sejati nya segala bentuk amalan ibadah, kita niatkan Lillah Ta'ala dan semata-mata hanya untuk mengharapkan ridho Allah SWT.

Akhir-akhir ini, tersebar banyak sekali Video di media sosial terkait dengan sedekah, lebih spesifik nya lagi yang akan saya bahas adalah Ustadz Yusuf Mansur, ntah benar atau tidak namun dari video yang saya lihat, beliau sering mengkampanyekan sedekah dengan kalkulasi berupa materi sebagai Feed Back nya.

Garis besar yang saya tangkap, ketika beliau mengajak orang-orang atau umat untuk bersedekah, selalu di iming-imingi dengan balasan materi yang berlipat ganda, seperti jika anda punya uang 10Jt, dan anda mensedekahkan uang anda sebesar 2Jt, feed back yang akan anda dapatkan jauh lebih besar dan berlipat ganda dari nominal yang anda sedekahkan, karena sedekah tidak akan mengurangi harta anda, meskipun tidak ada yang salah dalam ungkapan itu, namun ada kekhawatiran tatkala dorongan atau motif untuk bersedekah adalah agar mendapatkan materi yang lebih banyak.

Merusak esensi dari sedekah itu sendiri, dalam beberapa video yang lain, terlihat Ustadz Yusuf Mansur sering meminta sedekah kepada umat di dalam suatu forum, di hadapan banyak audien, beliau mengajak seseorang untuk men sedekah kan apapun yang ia punya, dengan ajakan yang sedikit memaksa, beliau meng kampanye kan sedekah dengan memberikan iming-iming berupa balasan yang lebih besar dari harta yang telah di sedekahkan.

Pola yang seperti itu tanpa sadar akan menggeser niatan orang untuk bersedekah, yang seharus nya sedekah itu di dasari dengan rasa ikhlas tanpa pamrih, Lillah Ta'ala semata-mata karena mengharapkan ridho Allah SWT, beralih menjadi sebuah keinginan untuk mendapatkan balasan berupa materi dalam orientasi duniawi.

Sedangkan dalam ajaran Islam sendiri, tidak pernah menekankan atau memaksa orang-orang untuk bersedekah dalam nominal yang besar, karena Value dari sedekah bukan di lihat dari besar kecil nya harta yang di berikan melainkan dari rasa ikhlas nya, dan perlu kita sadari jauh sebelum sedekah, perkara yang harus di selesaikan lebih dulu adalah zakat, karena membayar zakat adalah wajib hukum nya, setelah kita menunaikan zakat yang memiliki arti membersihkan atau mensuci kan harta kita, baru lah kita bersedekah kepada orang-orang yang kurang mampu dan pantas mendapatkan sedekah itu.

Yang paling di takutkan, ketika seseorang men sedekah kan harta nya dengan tujuan untuk mendapatkan balasan berupa materi, dan apa yang di harapkan nya tidak kunjung ia dapatkan, kekecewaan itu akan membuat dia merasa rugi, dan menyesal telah bersedekah, serta menghancurkan rasa ikhlas yang seharus nya menjadi dasar dalam bersedekah itu sendiri.

Tanpa bermaksud untuk menyalahkan apa yang telah di lakukan oleh Ustadz Yusuf Mansur perihal sedekah, dengan tulisan ini saya mengajak kita semua terutama diri saya sendiri untuk sama-sama merenungkan segala sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani dan sama-sama belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Alhamdulillah, saya sedang berupaya untuk membangun komunitas membaca "Literasi Pusaka Subang", namun hingga sa'at ini buku-buku yang terkumpul masih sangat sedikit, jika ada yang ingin mendonasikan buku-buku nya bisa DM saya di Instagram @nino_triplesixx , atas atensi dan empati nya, saya turut mengucapkan banyak terimakasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun