Mohon tunggu...
Trisna Wati
Trisna Wati Mohon Tunggu... -

FKIP/UniversitasMataram/PPkn/GhenshikinOfMataram/2015/\r\nBuka tempurungmu dan tengoklah keluar maka kau akan tau, dirimu bukanlah apa-apa. Dunia ini amat luas teramat luas kalau hanya berdiam diri tanpa berani melangkah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Waspadai Perilaku Hikikomori pada Remaja Indonesia

10 Maret 2015   15:04 Diperbarui: 4 April 2017   16:44 1784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_401916" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompas Health"][/caption]

Banyak sekali dari remaja Indonesia yang membanggakan dirinya menjadi seorang Hikikomori, berdasarkan hasil polling pada situs Kaskus yang tediri dari 1159 koresponden, 13% atau 149 di antaranya mengaku bahwa mereka adalah seorang Hikikomori. Angka tersebut memang kecil tapi prilaku Hikikomori tidak bisa dianggap remeh.

Bagi rata-rata warga Indonesia istilah Hikikomori masih terdengar asing namun tidak bagi para otaku yang ada di Indonesia. Hikikomori merupakan fenomena sosial yang ada di Jepang yakni perilaku mengisolasi diri dari dalam kamar dan menghilang dari aktifitas  sosial dunia nyata selama lebih dari satu tahun. Para pelaku Hikikomori biasanya melakukan aktifitasnya di dalam kamar atau paling jauh di dalam rumah. Untuk memenuhi kebutuhannya biasanya hikikomori akan keluar sebulan sekali untuk memenuhi perlengkapan "mengurung dirinya", mereka tetap mendapat uang dari orang tua atau tau bahkan sampai memaksa orang tua untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal paling ekstrim ada juga hikikomori yang menculik gadis kecil untuk disimpan sebagai teman.

Walaupun Hikikomori merupakan fenomena sosial dari jepang akan tetapi fenomena tersebut juga sudah merambah ke berbagai negara termasuk Indonesia. hal ini semakin didukung dengan kemajuan teknologi dan kemudahan dalam berinteraksi. Apalagi dengan semakin tingginya peminat anime dan manga dari Jepang.

Tidak ada salahnya menjadi seorang pecinta anime, manga ataupun menjadi seorang gamer. Akan tetapi banyak dari remaja Indoensia yang tidak memfilter diri untuk mengambil suatu budaya dari negara lain. Bahkan samapi berbangga diri dan memproklamirkan diri sebagai seorang 'Hikikomori" yang pada dasarnya di negara asalnya Jepang  merupakan prilaku yang negatif  yang semakin meresahkan pemerintah Jepang sendiri.

Lagipula penyebab Hikikomori di Jepang dikarenakan tekanan sosial yang ada di Jepang. Hal ini dikatakan oleh Tamaki Sato, seorang psikiater ternama. Apalagi dengan semakin pesatnya kemajuan ekonomi Jepang yang membuat tuntutan semakin tinggi akan tetapi sulit sekali untuk melamar pekerjaan. Selain itu faktor nilai jelek atau tuntutan orang tua terhadap anaknya di Jepang juga membuat prilaku Hikikomori semakain tinggi.

Namun, bagaimana dengan di Indonesia? kebanyakan dari pelaku Hikikomori di Indoensia dikarenakan pengaruh dari rasa kecintaan mereka terhadap budaya Jepang bahkan sampai melebih budaya sendiri. Terutama bagi para "Weaboo". Sering sekali saya jumpai di media sosial remaja Indonesia bangga mengaku menjadi seorang Hikikomori, padahal mereka masih tetap bersekolah, kuliah dan melakukan aktifitas lain di luar rumah. Jadi, Hikikomori bukan merupakan gaya hidup yang patut di banga-banggakan melainkan harus kita waspadai dan hindari.

Sejatinya Manusia adalah mahluk sosial yang tentu tidak bisa hidup sendiri. Menyelesaikan masalah bukanlah lari darinya lantas mengurung diri tetapi hadapilah. Kita tidak akan pernah maju jika tidak pernah berani melangkah dan menghadapi tantangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun