"Aku mau makan, Cekrek!", "Aku mau tidur, Cekrek!"
"Aku mau belajar, Cekrek!", "Aku mau jalan-jalan, Cekrek!"
"Cekrek, Cekrek, Cekrek!"
Sepertinya segala aktivitas tidak bisa lepas dengan yang namanya "memotret", selain didukung fitur kamera yang berkualitas dari smartphone, kita juga berdalih dengan alasan "momen yang harus disimpan".
Namun sekarang fungsi kamera di smartphone semakin luas. Tak sedikit kamera digunakan sebagai pendukung dalam belajar. Perhatikan saja, ketika dosen selesai menjelaskan panjang lebar di papan tulis, mahasiswa akan berbondong-bondong mengambil smartphone dan memotretnya begitu juga ketika meminjam catatan teman.Â
Perhatikan saja ketika diadakan seminar-seminar, para peserta akan memotret pembahasan di slide yang ditampilkan. Demikian juga ketika seseorang mencari sesuatu di buku, dia akan memotret apa yang dibutuhkannya.
Entah karena diburu waktu atau karena malas. Padahal mencatat tidak membutuhkan tenaga yang besar-besar amat.
Sekarang coba kita pikirkan lebih jauh, seberapa sering kita mencatat ulang apa yang sudah kita potret? Atau malah tidak  pernah? Oh sebelum jauh ke sana, adakah kita membuka foto-foto hasil dari dalih "tidak membutuhkan banyak waktu", "tersimpan lebih aman", "bisa dibuka kapan saja", "mempermudah untuk belajar"?
Secepat itu kita memotret malah semakin cepat kita melupakan objek yang kita foto. Aktivitas "cekrek" kita jelas mempersingkat aktivitas mata kita untuk memandang, aktivitas telinga untuk mendengar, dan aktivitas otak untuk memikirkan dan menyimpan. Aktivitas untuk menikmati dan merasakan.
Selama kita masih bisa menggunakan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan otak untuk menyimpan mari menikmati fungsinya dengan baik. Fungsinya lebih tajam dan ampuh. Tentunya lebih bertahan lama juga.
"Mari pandang sekitar dengan mata, bukan dengan kamera"
[Medan, 18 Agustus 2020]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H