Medan, 17 Juli~
Warna langit tampak berbeda sore itu. Terbalut oleh gumpalan awan berwarna abu-abu gelap dan pekat. Setiap orang bisa menebak apa jadinya. Bertepatan dengan jam pulang kerja pastinya untuk kebanyakan orang pada umumnya akan gelisah dan akan berusaha semaksimal mungkin menghindari kondisi ini. Tentu saja.Â
Saya dan teman saya juga pun demikian. Kami memutuskan untuk tetap beranjak dan berharap sampai ditempat tujuan tanpa terkejar olehnya, hujan.
Kegelisahan itu tampak jelas dijalan raya, orang-orang berusaha mempercepat langkahnya, pengendara sepeda motor berusaha mencari celah diantara kendaraan lain agar lebih dahulu, suara klakson mobil bak paduan suara, bahkan beberapa kendaraan melewati batasan garis dilampu merah. Saling menyalip begitulah tampaknya.
Alhasil, untuk kali ini tebakanku (tebakan orang pada umumnya) benar. Sudah hampir setengah jalan terlewati, akhirnya hujan turun dengan deras. Tampak beberapa pengendara bermotor mencari tempat untuk berteduh dengan asal, yang penting berteduh. Walau sebenarnya hujan begitu dibutuhkan secara esensial, namun kehadirannya begitu menggelisahkan.
~
Tak jarang kita diperhadapkan dengan kondisi seperti ini. Ada hal-hal yang memang terjadi diluar kendali kita. Setiap orang, bukan hanya beberapa. Bukankah ini pertanda kita masih hidup?
Alih-alih mencari tempat perlindungan, kita malah terlarut dalam pertanyaan mengapa hal itu terjadi. Pernahkah kita bertanya "mengapa hujan turun?" Tidak.
Ada hal-hal yang terjadi yang memang diluar kontrol kita. Tentu saja. Ketika kondisi itu datang apakah berdiam diri satu-satunya cara.? Tidak. Sama spt ketika hujan ini turun, tak bisa dicegah, kita yang mesti mencari tempat berlindung.
Pertanyaannya, ketika kondisi itu datang dengan Siapakah kita berlindung??
Btw, hujan malam itu berhasil membuat banyak genangan. Bukan kenangan. Wikwikwik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H