Mohon tunggu...
triska nazmi fitriyani
triska nazmi fitriyani Mohon Tunggu... -

menulis dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehilangan Harap

16 Oktober 2012   05:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:47 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berulang kali ku meliahat jam tangan ku,hal yang paling membosankan adalah menunggu, tapi jika kita menunggu orang yang kita cinta lain halnya.Kita akan menikmati setiap detik yang telah kita lalui. Seperti aku sekarang yang sedang menunggu seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Tak terasa aku sudah menunggu hampir satu jam di taman dekat rumah ku. Dan berharap seseorang yang ku nanti akan datang tuk menemaniku disini.
Sungguh hari ini adalah hari yang paling ku nantikan, hari dimana aku akan bertemu sang pujaan hatiku yang sudah lama tak berjumpa . Tiga tahun kita tak bertatap muka,dan sudah tiga tahun pula sejak dia menyatakan cintanya pada ku,lalu dia pergi meninggalkanku ke surabaya mengikuti orang tua nya yang di pindah tugaskan ke sana.
Teringat ku tentang masa-masa indah ku yang ku lalui bersamanya.Fahriza nama yang selalu ada di hati ku sejak aku masih berseragam merah putih, kita sama- sama bersekolah, dan berada di kelas yang sama, dia menjadi murid baru di sekolah dimana aku bersekolah,dan sejak itu aku mulai tertarik denga sosok Fahriza yang ku sebut dia si hitam manis yang selalu membantuku membersikan ruangan kelas.Hingga saat kita sama-sama berseragam putih biru, dan kita lulus SMP.
Di taman ini dia menyatakan cintanya padaku, hati ku sangat senang saat itu, saat dia bilang “Aku Cinta Kamu” kata yang sudah lama ku tunggu hampir empat tahun ku memendan rasaku pada nya, dan berharap suatu saat nanti dia akan mengatakan itu. Tapi kebahagiaan ku hanya sesaat, begitu aku tau dia akan pergi meninggalkan ku untuk waktu yang lama. Tapi aku harus merelakan nya. Karena dia pun berjanji akan kembali disaat kita sama-sama lulus SMA,
Dan hari ini tepatnya dia akan datang menemuiku di taman ini. Dengan membawa sebuah kue tart yang bertuliskan “ 3 th anniversary Raisa & Fahriza” aku sengaja memesan kue ini untuk menyambut kedatangan Dia dan untuk merayakan hari jadi kita yang ke-3.Kembali ku lihat jam tangan yang menunjukan jam 04:15, sudah satu jam lebih aku menunggunya, mungkinkah dia tidak akan datang, atau dia lupa dengan janji nya. Tapi aku sudah kenal dia dari dulu, dan aku tau dia tidak akan pernah lupa dengan janjinya.
Seseorang memanggilku dari seberang jalan, terlihat sesosok pria, dia memakai jaket berwarna biru tua, dan memakai celana jeans biru tua juga,dia juga mengenakan Topi biru tua yang, tapi sepertinya aku kenal dengan topi itu, topi yang aku berikan pada Fahriza waktu dia akan pergi ke surabaya. Apakah pria yang memanggil namaku itu Fahriza?. Ternyata benar itu Fahriza, dia agak sedikit berubah jadi lebih tinggi, tapi dia tetap hitam manis.
Aku pun beranjak dari bangku, meningglkan Kue yang ku simpan di bangku itu,dan akupun mulai berjalan kearahnya, dia juga mulai menyebrangi jalan, selangkah demi selangkah ku lewati, dengan senyum di bibirku, hati ku saat ini bahagia, ,jika hati ku bisa di gambarkan mungkin sekarang hati ku seperti taman bunga yang terdapat bunga-bunga yang indah disana.
Tapi langkah ku tiba-tiba terhenti saat aku melihat ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrak Fahriza. Tubuh nya yang tergeletak di tengah jalan, sungguh aku tak kuasa melihatnya, ku berlari sekencang mungkin tapi kaki ku menjadi lemas begitu aku sampai dan melihat tubuhnya nya Fahriza tak berdaya, Aku berusaha medekatinya, memeluknya dan terus memanggil namanya. air mataku tak berhenti membanjiri pipiku.tiba-tiba dia memanggil nama ku
“ Raisa” aku kaget dan langsung ku menjawab “ iya” aku menatap matanya, dan dia pun menatap wajahku,tangan kirinya mengelus pipiku dan mengusap air mataku di pipi,sungguh ini benar-benar membuatku semakin sedih, sesungguhnya aku tak kuasa melihat wajahnya, yang penuh dengan darah hidungnya bahkan dari mulutnya yang mengeluarkan darah, aku terus menangis dan masih memeluknya,kulihat dia ingin mengatakan sesuatu pada ku. Dengan menahan rasa sakit nya dia berusaha berbicara”Aku Cinta Kamu” suaranya begitu lembut ku dengar,tapi itu kata terakhir yang ku dengar darinya. Sejak dia menyebutkan kata itu, dia tak sadarkan diri,aku terus memanggil namanya, dan mencoba membangunkan dia, Tolong jangan tinggalkan aku sekarang.
Hati ku sekarang berubah menjadi gelap,aku tak penah berfikir kata itu adalah kata yang terakhir yang dia ucapkan kepada ku. Belum sempat aku merasakan kebahagian itu bersamanya,kenapa selalu saja seperti ini. Kuatkah aku menerima kenyataan kalo Cinta pertama ku telah pergi meninggalkan ku selama-lamanya. Hati ku sekarang Rapuh seperti kehilangan harap...***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun