Hierarki (Amsal 25: 2-3)
Amsal 25: 2-3 Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu. Seperti tingginya langit dan dalamnya bumi, demikianlah hati raja-raja tidak terduga.
Raja yang agung di surga dan raja-raja yang lemah di bumi dikontraskan di sini. Kemuliaan masing-masing dibandingkan. Menyembunyikan sesuatu adalah kemuliaan Allah, dan mencari tahu sesuatu adalah kemuliaan raja-raja.
Kemuliaan-Allah ialah merahasiakan sesuatu. Ia tidak perlu menyelidiki apa pun, sebab Ia mengetahui segala sesuatu secara sempurna, dengan pandangan yang jernih dan pasti, dan tidak ada yang dapat disembunyikan dari-Nya. Ia mengetahui segala sesuatu tanpa perlu menyelidikinya. Tetapi kehormatan raja-raja, adalah mencari tahu, untuk menyelidiki perkara-perkara yang dibawa ke hadapan mereka, untuk bekerja keras memeriksa para pelanggar hukum, agar bisa mengungkapkan rancangan-rancangan mereka dan menerangi pekerjaan-pekerjaan gelap yang tersembunyi.
Allah memiliki martabat sosialnya dengan menyembunyikan hikmat-Nya di dalam tindakan penciptaan-Nya, dan para raja mendapatkannya dengan menyelidiki urusan-urusan kenegaraan. Raja berkewajiban untuk mengetahui dengan baik urusan-urusan kenegaraan, mengawasi dengan seksama bagaimana para menterinya melaksanakan tugas mereka, dan menjaga agar dirinya tetap mendapat informasi yang cukup tentang keadaan rakyat jelata. Bertindak sebagai hakim yang bijaksana adalah bagian penting dari kemuliaan raja, yang mensyaratkan kemampuan untuk menyelidiki inti dari suatu masalah atau konflik
Dalam kedua kasus tersebut, Tuhan dan raja dihormati dan dijunjung tinggi, meskipun jelas hirarkinya adalah Tuhan terlebih dahulu, kemudian raja, lalu seluruh umat manusia.
Amsal ini ditujukan terutama kepada para orang bijak yang akan bekerja sama dengan raja, agar para orang bijak memiliki rasa hormat yang tepat kepada Allah dan raja.
Ayat ini merupakan hierarki hikmat, otoritas, dan kekuasaan: Allah, raja, rakyat. Maksud dari amsal ini bergantung pada siapa yang dituju. Jika ditujukan kepada raja, peribahasa ini menstimulasi raja untuk memerintah dengan rendah hati di bawah Allah, dan untuk menyelidiki masalah-masalah kerajaannya secara menyeluruh. Jika ditujukan kepada para pejabat dan / atau rakyatnya, itu memperingatkan mereka bahwa raja, yang berdiri di samping Tuhan, memiliki kapasitas untuk menyelidiki mereka dan mengambil tindakan yang tepat. Baik Tuhan maupun rajanya sangat mengagumkan dan tidak boleh dipermainkan.
Johannis Trisfant
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H