Amsal  22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
Di sini terdapat dua hal yang lebih berharga dan yang seharusnya lebih kita ingini daripada kekayaan besar: Â Nama (yaitu nama baik, yang berhubungan dengan hal-hal yang baik di mata Allah dan orang-orang baik) lebih berharga dari pada kekayaan besar. Kita harus lebih berhati-hati ketika melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan nama baik bagi kita daripada melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan dan menambah harta benda. Kita harus lebih serius mengerjakan sesuatu yang akan mendatangkan nama baik daripada sesuatu yang mendatangkan uang. Artinya adalah nama baik lebih penting daripada uang
Nama baik apakah yang dikatakan di sini lebih diinginkan daripada kekayaan yang melimpah? Ini bukanlah nama yang ingin dibangun oleh para pembangun menara Babel untuk diri mereka sendiri. Nama baik ini diperoleh dengan kehidupan yang saleh. Nama yang baik melambangkan karakter yang baik dari seseorang. Â Nama baik itu sangat berharga, bahkan lebih berharga daripada perak atau emas. Sementara kekayaan yang besar dapat terbang di atas sayap burung rajawali (23:5), nama baik akan dikenang selamanya.
Kekayaan besar menuntut perhatian yang besar, membawa orang rentan terhadap bahaya dan sama sekali tidak membuat orang menjadi lebih bernilai. Orang bebal dan penipu bisa memiliki kekayaan besar, tetapi mereka tidak memiliki nama baik. Nama baik menjadikan seseorang tenteram dan aman. Nama baik menjadikan orang bijaksana dan jujur, Â dan memberi orang kesempatan yang lebih besar untuk berbuat baik. Dengan kekayaan besar kita bisa mencukupi kebutuhan jasmani orang lain. Tetapi, dengan memiliki nama baik, kita bisa mendorong orang lain untuk beribadah. Kekayaan dapat lenyap dengan tiba-tiba dan cepat (23:4-5), tetapi nama baik dapat bertahan (10:7; bdk. 2 Sam. 18:18; Lukas 7:4, 5; Kisah Para Rasul 9:36-39).
Dikasihi, lebih baik daripada perak dan emas. Kristus tidak memiliki baik perak maupun emas, tetapi Ia makin dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk. 2:52). Melalui hal ini kita harus belajar untuk tidak mencondongkan hati kita pada harta benda, Â melainkan sebisa mungkin memikirkan semua yang manis dan sedap didengar (Fil. 4:8).
Â
Â
Johannis Trisfant
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H