Hari Rabu lalu dan pagi ini saya mengadakan perjalanan dengan menggunakan pesawat untuk menengok keluarga sejenak memanfaatkan satu hari libur kemarin. Dengan dana yang mepet namun terdesak keperluan yang cukup penting, saya memanfaatkan tiket murah meriah dari salah satu maskapai penerbangan di Indonesia.
Rabu sore, saya berangkat dari Bali pukul 5 sore. Pesawat saat itu penuh terisi. Sempat tertunda sekitar 15 menit dikarenakan menunggu penumpang yang transit dari Bima dan meneruskan ke Jakarta dengan pesawat kami. Seperti biasa ketika penumpang telah naik pesawat, sambil menunggu ijin terbang biasanya dari maskapai akan mengeluarkan pengumuman untuk mematikan alat-alat elektronik dan terutama telephone genggam. Maksudnya tentu agar tidak mengganggu komunikasi antara pilot dengan kamera pengawas. Kita saja saat meletakkan handphone dekat radio kadang terganggu dengan bunyi spleteran yang muncul saat handphone menerima sms atau pemberitahuan lainnya. Apalagi ini yang dalam komunikasi menentukan lancar tidaknya penerbangan. Tentu saja diharapkan tidak ada gangguan pada saat melakukan komunikasi. Namun saya lihat masih ada beberapa orang yang membuka-buka hanphonenya dan bahkan melakukan komunikasi. Aduh, geregetaaann.. pengen negur, yang sebelahnya malah cuek. Alamak. Mana pelakunya penampilannya keren, yang asumsi saya seharusnya yang bersangkutan cukup punya pemahaman akan pengumuman yang telah diperdengarkan. Kejadian hari itu saya anggap kebetulan saja ada orang-orang yang cuek lagi naik pesawat bareng saya. Tapi saya nyimpan geregetan :)
Pagi ini, setelah perjalanan dari Bogor jam 2 tengah malam, saya siap di dalam pesawat pukul 4.20 pagi untuk kembali ke Bali. Seperti yang sudah-sudah tentu pengumuman untuk mematikan benda elektronik diperdengarkan lagi. Kali ini yang terjadi malah lebih parah dari kejadian sebelumnya. Di sebelah saya duduk wanita cantik dan menarik matang manggis menurut Pakde Kartono. Di badannya menempel segala merk terkenal. Bahkan parfumnya tentu dari botol yang punya merk ternama. Begitu pengumuman selesai, eee... malah si nona cantik mengeluarkan hp trendi bergambar apel. Tanpa malu, segan ataupun perasaan berdosa, dia menelepon saudaranya yang ada di kota tujuan. Sambil mata terpejam karena masih ngantuk berat, saya dengar lama-lama kok malah dia curhat di hpnya ya. Tanpa sadar malah saya berucap," cape deee..". Ups, untung dia masih bisa merasa tersindir. Buktinya langsung dia memutuskan pembicaraan sambil berjanji akan meneruskan curhatnya setelah sampai dirumah.
Saya sendiri setelah itu mulai terbang mendahului pesawat ke pulau mimpi. Meskipun demikian saya masih bisa merasakan pesawat mulai bergerak cepat pertanda sedang mulai proses take off. Masih antara mimpi dan sadar, saya dengar ada lagu keras yang diperdengarkan. Padahal setahu saya kalau akan take off atau landing, pasti tidak ada lagu bahkan lampu kabin pun dimatikan. Tiba-tiba saya dengan pramugari berteriak keras dengan nada yang setengah jengkel, "Pak tolong hapenya dimatikan!" Alamaaakkk... bapak itu mungkin mau bunuh diri kok ngajak orang sepesawat sih. Penumpang sempat ribut, tetapi begitu si bapak mematikan hapenya semua kembali diam.
Aslii heran saya, padahal didepan kursi masing-masing kan sudah dituliskan aturan hukumnya. Bahwa dalam UU No. 1 tahun 2009 pasal 54Â jelas tertulis "Setiap orang di dalam pesawat udara selama penerbangan dilarang melakukan: (f). pengoperasian peralatan elektronika yang mengganggu
navigasi penerbangan. Dan sanksi atas pelanggaran tersebut juga jelas tercantum dalam UU No. 1 tahun 2009 ps 412 (5) Setiap orang di dalam pesawat udara selama penerbangan mengoperasikan peralatan elektronika yang mengganggu navigasi penerbangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Apa mungkin itu dikira sekedar stiker yang iseng-iseng ditempel pramugarinya? Cape deee...
Barangkali karena belum ada orang yang terkena hukuman, sehingga masih banyak orang yang tidak menganggap undang-undang tersebut. Barangkali banyak dari kita yang akhirnya menutup mata dan pura-pura tidur melihat hal-hal ini disekitar kita, termasuk penulis (ehemmm...). Atau bahkan ketika ditegur malah lebih galak yang salah, seperti yang dilakukan oleh seorang pejabat beberapa waktu lalu yang mengakibatkan seorang pramugari di tampar. Entah kenapa, bisa jadi malah belum sempat dihukum tapi sudah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga akhirnya langsung bertemu muka dengan "hakim tertinggi"? Kali ini sepertinya kami semua dalam pesawat masih dilindungi, karena yang bandel-bandel ketahuan dan ditegur. Lain kali? Hanya Dia yang tahu.
Sanur, Penampahan Kuningan 30 Mei 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H