Oleh: Rahmad Jaya Gunawan
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim baru-baru ini meluncurkan program  yang disebut dengan Marketplace Guru atau disebut juga dengan lokapasar. Program ini diungkapkan olehnya pada saat rapat besar dengan Komisi X DPR RI, menurutnya program ini dapat mengatasi permasalahan guru yang selama ini belum terselesaikan diindonesia.
Dalam kajian konsep yang dituturkan oleh Nadiem Makarim tersebut jika dipahami dengan konsep yang lebih sederhana dalam pandangan masyarkat luas, terkhususnya pandangan dari guru-guru didaerah, konsep Marketplace Guru ini adalah konsep yang berbentuk aplikasi dimana sekolah nantinya dapat memilih dan memesan guru yang dibutuhkan  oleh pihak sekolah untuk mengisi formasi yang ada sesuai kebutuhan sekolah tersebut, aplikasi ini tak ubahnya seperti mempertemukan Penyedia jasa dengan Pengguna Jasa. Dan konsep itu nantinya akan mengarah pada pengalokasian guru sesuai kebutuhan sekolah dan bukan tak mungkin hal ini nantinya akan semakin membuat guru menjadi barang dagangan yang sistem perekrutannya tidak didasarkan pada nilai-nilai pancasila yang bermartabat.
Konsep Marketplace Guru yang diusung oleh pak Nadiem Makariem tersebut menuai banyak kontra dari berbagai pihak, salah satunya ialah Ketua komisi X DPR RI Syaiful Huda, ia menilai konsep ini tidak menyelesaikan akar masalah yang selama ini terjadi, konsep ini dianggap hanya mengurusi tentang hal-hal yang bersifat alokasi guru namun alokasi tersebut pun tidak jelas arah dan dasarnya.
Selain itu jika ditelaah lebih dalam lagi akar masalah dalam dunia pendidikan saat ini ialah, banyaknya guru honorer yang sudah sangat lama mengabdi dalam masa kerjanya dan belum juga dianggat menjadi ASN, mereka hidup dengan garis kemiskinan yang hanya mendapatkan gaji diangka RP.100.000/bulan dan masih banyak lagi guru honore yang mendapatkan gaji diangka RP.50.000/bulan. Permasalahan lain yang harus menjadi fokus dari Mentri Pendidikan adalah alokasi guru yang belum merata pada daerah (Terdepan, Terluar, dan Terpencil) diindonesia, masalah pengalokasian ini terjadi disebabkan karena sarana sekolah yang memang masih sangat tertinggal sehingga guru kesulitan dalam mendemonstrasikan bahan ajar pada siswa, sarana dan akses jalan yang rusak dan tidak dapat diakses oleh Guru, dan juga gaji yang sangat minim dan dibayarkan dalam per 3 bulan.
Hal ini tentu membuat profesi guru menjadi hal yang sangat menyakitkan untuk dilakukan, guru yang denganya lah lahir insan-insan penerus bangsa yang denganya lah Negara dapat memiliki anak generasi emas yang denganya lah karakter patriot dan nasionalisme anak indonesia ditempah, kini profesi guru itupula yang paling menyedihkan dibandingkan profesi ASN lain diindonesia.
Jika program Marketplace Guru ini disetujui oleh DPR RI, maka dapat dirasakan kersanya pukulan dan tekanan yang akan ditimpa pada guru-guru diindonesia. Hal ini semakin membuat sistem pendidikan diindonesia nantinya akan kehilangan arah dan membuat banyak guru beralih dari moto pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi moto pendidikan untuk Bisnis dan lapangan kerja semata.
Guru adalah satu-satunya Pahlwan yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk anak-anak diindonesia, ia adalah pahlwawan yang berjuang tanpa membawa bendera lain selain bendera indonesia, ia adalah pahlawan yang berperang menghapus kebodohan dan kegelapan masa depan indonesia yang bekerja siang dan malam tanpa membawa embel-embel kepentingan dari golongan manapun, dan ialah satu-satunya pahlawan yang masih hidup sampai saat ini diinonesia, untuk memperjuangkan kemajuan bangsa dengan mencetak generasi emas Indonesia, maka sudah sewajarnya jika guru diangkat menjadi profesi yang paling diutamakan oleh pemerintah untuk masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H