5. Epistemologi: Ibnu sina mengembangkan teori pengetahuan yang berfokus pada pengalaman inderawi dan akal. Dia mengklaim bahwa pengetahuan di peroleh melalui kombinasi pengalaman dan proses berpikir rasional.
6. Silogisme: Ia memperdalam pembahasan mengenai silogisme, yang merupakan metode dedukatif dalam menarik kesimpulan dari dua oerimis yang sudah ada.
7. Definisi dan pembagian: Ibnu Sina menjelaskan bahwa definisi dan pembagian ( classification) memainkan peran kunci dalam memahami esensi dari sesuatu sebelum membuat keputusan logis.
   Salah satu aspek penting dalam pandangan Ibnu Sina adalah bahwa ia memperkenalkan perbedaan antara esensi dan eksistensi dalam konteks logika  Menurut nya,esensi ( hakikat) sesuatu dapat di pahami secara terpisah dari eksistensi nya.  Gagasan ini kemudian memiliki pengaruh besar dalam perkembangan filsafat Islam dan juga dalam logika skolastik di Barat.
   Ibnu Sina juga menekankan pentingnya burhan ( demonstrasi) sebagai bentuk tertinggi dari pembuktian logis,di mana premis-premis yang di gunakan harus jelas dan benar sehingga kesimpulan yang di tarik juga benar.
  Ibnu Sina tetap menjadi tokoh sentral dalam sejarah pemikiran dan ilmu pengetahuan,dan pandangannya tentang logika masih relevan hingga hari ini.
REFERENSIÂ
  Nasr,S.H. (2006). Islamic philosophy from Ita origon to the present: philosophy in the land of propechy. State University of New York Press.
Gutas,A. (2001). Avicenna and the Aristotelian Tradition: Introduction to Reading Abicenna's Philosophicak Work. Brill.
McGinnis,J.(2014). Abicenna's Logic: A Philosophical Introduction.Cambridge Scholars Publishing.
Dhanani,A. (2009).The Philophical Works of Avicenna: A Critital study. RoutledgeÂ