Unjuk rasa menolak RUU Cipta Kerja masih beberapa kali terjadi. Unjuk rasa tersebut merupakan bentuk pernyataan dari perwakilan buruh dan mahasiswa yang ingin menyikapi kinerja DPR RI.
Unjuk rasa dilakukan di Jakarta, Makassar, dan beberapa kota lain termasuk di Purwokerto, Jawa Tengah, tempat saya tinggal beberapa waktu lalu.
Sayangnya, seperti kita tahu ada pihak tertentu yang sempat bermaksud memancing di air keruh, dengan menyebarkan informasi palsu melalui media sosial. Kita bersyukur, Polisi dapat bertindak cepat dan berhasil menangkap para penyebar informasi tersebut.
Namun demikian warga masyarakat di daerah saya tidak urung sempat merasa resah pada situasi yang, bila tak terkendali, dapat mengarah pada terganggunya keamanan dan ketertiban masyarakat.
Keresahan itu terungkap dari apa yang disampaikan oleh para seniman yang tergabung dalam komunitas Banyumas Eling-Eling Society (BEES), saat mereka mengadakan aksi unjuk rasa anti anrakisme di Alun-alun Purwokerto, pada pekan silam (19/10).
Berbeda dengan yang dilakukan oleh para buruh dan mahasiswa, para seniman itu melakukan aksi damai dengan cara yang unik, khas para seniman.
Selain beberapa orasi yang intinya menolak keras segala bentuk provokasi dan unjuk rasa yang anarkis, ajakan untuk menciptakan kondusifitas di Kabupaten Banyumas, para seniman juga melakukan atraksi seni tradisional khas Banyumas yaitu lengger, calung, dan juga atraksi seni ebeg (kuda lumping) yang digemari warga setempat. Sempat juga ada seniman yang membacakan puisinya.
Beberapa seniman yang hadir dalam aksi unjuk rasa damai itu diantaranya adalah Pak Herman, Kang Purwanto, Djarot Setyoko, Setiaji Heroestianto, Agus Baturraden, LPAS Widyaningrum, Bibi Retno, Kang Agung Dalang Jemblung, dll.
Saya beruntung dapat merekam kegiatan tersebut, khususnya ketika mereka membacakan pernyataan sikap. Intinya, mereka melakukan aksi tersebut sebagai wujud cinta damai masyarakat Banyumas. Selengkapnya isi pernyataan sikap mereka antara lain adalah sbb.
1. Menolak keras segala provokasi, unjuk rasa yang anarkis, karena menimbulkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) tidak kondusif di Kabupaten Banyumas.
2. Menghormati, dan menghargai perbedaan pendapat dan tetap mengutamakan cinta damai, bermartabat dan berbudaya.