_Puisi Tri Permadi_
Hujan setengah hari
Membasahi semuanya
Seakan tanpa ada kecuali
Basah semuanya
Basah badan ini
Tidak membasahi pikiran
Tidak pula mendinginkan hati
Murka tanpa sebab masih menyala
Setiap tetesan hujan
Menimpa badan menjadi uap
Melayang pergi entah kemana
Saking panasnya
Bukan pula karena corona
Virus penyerang paru-patu
Ia mampu menaikkan suhu
Hanya beberapa derajat saja
Pun ia sudah membuat kalang kabut
Semua bangsa semua negara pada ribut
Mewabah meluas menjadi pandemi
Seakan-akan tanpa kecuali
Aku meraung dalam puisi
Atas murka yang sangat amat lama
Kenapa kamu tidak juga pernah sirna
Sebentar sirna dan sebentar lagi ada
Musuhmu hanya satu
Jika leher tak berdaya menahan kepala
Ketika mata mengatup menutup saking kantuknya
Badaniah dan jiwamu lunglai
Akan tidur membisu
Walau mimpi mu sangat ramai
Yang ada hanya diam menyepi
Murkamu juga sirna pergi
Akan kah aku akan tidur
Sepanjang hayat ku
Untuk mematikan murka ku
Pertanyaan ini belum terjawabkan
Pagi ini aku bangun
Setelah melupakan segalanya
Dalam waktu semalaman
Yang lama