Udara dingin menerpa.
Selimuti raga gadis yang masih terjaga.
Memeluk malam tanpa banyak kata.
Sang mawar masih mewangi dalam takdir-Nya.
Di balik kamar bambu.
Sang mawar masih diam dan menunggu.
Seraya melihat jam dinding sebagai penanda waktu.
Mengamati dengan penuh kesadaran bahwa semua perihnya akan berlalu.
Sang mawar tersenyum merasakan bahagia.
Dirinya sadar bahwa kesempatan hidup masih diberikan Tuhan Sang Maha Cinta.
Walau butiran air mata yang hangat terkadang menghiasi ruang waktu yang tersedia.
Ketika malam beranjak sunyi.
Sang mawar kembali merenung tentang arti hidup ini.
Seraya menguatkan hati.
Bahwa jelmaan segala tampak mata yang datang menghampiri, adalah dualitas keadaan dalam kehidupan yang harus dijalani dan dipahami.
Ponorogo, Penaku Laylie
20/03/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H