Langit malam dipeluk cahaya. Bersinar terang sang rembulan mempesona. Bagaikan senyuman sang bidadari yang melebur luka.
Hening sunyi di suatu sisi. Terdiam seseorang yang merenung dan menanti. Dibelai lembut sang angin malam. Menyelimuti tubuhnya yang mulai kedinginan.
Bangkit perlahan. Kuatkan kakinya untuk kembali untuk berjalan. Menyusuri lorong-lorong kesunyian. Berharap bertemu bidadari sang pujaan.
 Cahaya dalam hati menjadi teman. Sebagai kompas penunjuk jalan. Untuk menyibak gelapnya kesedihan.Â
Bersimpuh di atas bumi. Suara nyaringnya kembali berbunyi.Â
Duhai bidadari. Datanglah malam ini. Lepaskanlah herat beban rindu yang menyala. Bawakanlah air kehidupan yang mendamaikan jiwa.Â
Duhai bidadari. Peluklah tubuh ini dengan erat. Hingga dinginnya hati kembali terasa hangat.Â
Duhai bidadari. Kemarilah mendekat. Bawakanlah harumnya bunga dari alam semesta yang memikat. Dalam hening malam ku merindukan kehadiranmu. Menjelma sempurna dihadapanku.
Nusantara, Penaku Laylie
08.01.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H