Kinanthi adalah  nama burung perkutut kesayanganku. Aku beli burung perkutut itu harganya Rp50.000,-.  Dia lucu tapi pemalu. Suaranya juga masih belum merdu. Maklum, masih muda. Belum terlatih untuk bersuara. Pertama kali aku beli beberapa helai ekornya hilang sebab terkena pulut burung. Kasihan sekali. Makanya burung perkututnya jadi penakut. Sering terbang dalam sangkar sampai sayapnya berdarah.Â
Beberapa bulan aku merawatnya. Hingga helai ekornya sudah tumbuh dengan sempurna. Â Aku rawat dia seperti temanku sendiri. Hingga pada akhirnya aku kasih nama burung kesayanganku itu dengan sebutan kinanthi. Luka di sayap aku olesi saja dengan obat penyembuh luka. Akhirnya lambat laun lukanya sembuh.
Senang sekali. Akhirnya burung kesayanganku sehat kembali. Suatu pagi aku berniat untuk membersihkan sangkarnya. Sambil memberi makan dan minum seperti biasa. Tapi sayangnya aku lupa menutup pintu sangkar burung perkututku. Yang terjadi burungnya lepas landas begitu saja. Ha-ha-haÂ
Apa hendak dikata. Cuma bisa tertegun memandangnya. Melayang jauh entah pergi ke mana. Aku berpikir, mungkin memang sudah saatnya dia pergi ke alam bebas. Menikmati kesejukan alam dan bertemu teman-temannya. Setidaknya merasa senang sudah pernah merawatnya. Meskipun ada rasa kehilangan sementara. Tapi tidak apalah. Namanya juga hewan. Mana tahan jika dikurung terus-terusan. Mungkin juga dia lelah. Biarkan saja burung perkutut terbang menemukan tempat yang di rasa nyaman untuk kehidupannya.
Penaku Laylie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H