Gadis itu terbangun sendiri.Â
Hawa dingin malam yang meresap dalam tubuhnya membuat matanya terbangun kembali.  Seperti malam-malam sebelumnya. Dia merasakan hawa dingin malam yang mengusik dirinya. Entahlah, sudah beberapa tahun ini dia merasa tidak nyaman tidur malam dan gelisah sebab memikirkan keinginannya. Keinginan yang sudah lama dia impikan berharap segera mendapatkan jalan untuk mendapatkannya.
Diam dan merenung. Matanya mulai mengamati disekitar kamarnya bambunya. Mencari kertas dan sesuatu yang bisa dirasakan. Akhirnya ketemu juga. "katanya dalam hati"
Kemudian dia meracik kertas dengan tembakau serta cengkih yang masih tersisa. Dia mulai menyulut rokoknya. Seperti biasa temannya rokok sudah tersedia. Yaitu kopi bayangan seperti biasa.
Sejenak merenung sembari menikmati rokoknya. Dia mulai berbicara sendiri dengan jiwa raganya.
Apakah mungkin? "bisiknya dia dalam hati"
Dalam keterbatasan masihkah layak untuk bermimpi? "katanya dalam hati". Sedangkan aku saja belum mampu. Sedangkan aku masih terbatas kehidupanku. "dia mulai tersenyum seakan menghibur dirinya"
Ingin bercerita tapi kepada siapa lagi? "dia mulai tampak kebingungan". Tapi air matanya masih tenang terkendali.
Seperti khayalan tingkat tinggi saja. ha ha ha. "tertawa lirih". Â Mau bercerita kepada siapa lagi ya? "bisiknya pelan". Â
Sedang membicarakan keinginanku saja mereka jarang mau mengerti.Â
Sedang dengan keinginanku saja mereka sedikit yang peduli.Â