Mohon tunggu...
Trio Kurniawan
Trio Kurniawan Mohon Tunggu... -

Semua yang ada di sini adalah pandangan saya tentang hidup. Saya hanya ingin agar hidup ini benar-benar hidup!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara Kesatuan Republik Indonesia: Sudah Beradabkah Kita?

21 September 2012   12:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:03 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adab: Kesopanan; Kehalusan dan kebaikan budi pekerti

Beradab: 1. Mempunyai sopan santun; baik budi bahasanya

2. Telah maju tingkat kehidupan lahir batinnya

Peradaban: Kemajuan lahir dan batin

(Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia; Balai Pustaka)

Setahun yang lalu, saya mengadakan pembicaraan dengan salah seorang sahabat, yang berasal dari Jakarta, tentang seksualitas pria. Dari pembicaraan tersebut, saya memperoleh informasi seputar makanan yang bisa meningkatkan vitalitas seksual manusia. Ternyata, vitalitas ini diperoleh dari otak salah satu hewan. Otak tersebut disedot mentah-mentah dari tempurung kepalanya yang dipotong dengan suatu mesin. Saat mendengar kisah itu, saya ingin muntah. Ternyata masih ada suatu tingkah laku manusia yang mengarah pada kehidupan pra-sejarah.

Dari pengalaman ini, muncul satu pertanyaan di benak saya: sudah benarkah peradaban kita selama ini? Jangan-jangan kita menganggap peradaban itu sama dengan modernisasi. Kalau demikian halnya, tentu selama ini kita telah sangat salah kaprah. Di tengah gemerlapnya lampu kota, kemajuan IPTEK, dan semakin merasuknya globalisasi, kita seakan-akan melupakan esensi dari suatu peradaban. Peradaban berarti kemajuan dalam beretika, berbudi bahasa, dan bersopan santun. Peradaban berarti kemajuan tingkat kehidupan lahir-batin. Nah, kalau kita berani melihat peradaban bangsa kita ini secara jernih, kita akan sadar bahwa peradaban bangsa kita justru, sekali lagi, mengarah pada jaman pra-sejarah! Kita justru hidup dalam situasi dimana hukum rimba berlaku. Orang yang berkuasalah yang menang. Kita hidup di tengah-tengah gajah-gajah bangsa Indonesia yang sedang berkelahi dan pada akhirnya yang mati justru para pelanduk kecil. Mereka mati terhimpit. Sekarang, mari kita melihat satu persatu segala macam kebobrokan di dalam hutan rimba raya bangsa kita, yang mengakui dirinya sebagai bangsa yang beradab.

Pertama, Negara kita telah disuguhi oleh tontonan yang sangat membosankan yaitu perseteruan antar petinggi partai yang notabene-nya adalah para pemimpin Negara kita. Para pemimpin Negara kita saling menjatuhkan para lawan politiknya di media massa (http://www.indonesiamedia.com/2012/07/19/elite-demokrat-diminta-tidak-saling-menyalahkan/). Para pemimpin kita saling membongkar aib. Etika berkomunikasi sudah tidak lagi berlaku. Para gajah bangsa mengamuk. Bisa jadi juga bahwa perseteruan ini justru merupakan konspirasi yang ingin membunuh kebaikan. Siapa yang tahu?Nah, di tengah perseteruan inilah banyak pelanduk kecil yang mati terhimpit. Orang-orang miskin, yang jumlahnya sudah begitu banyak, semakin bertambah. Penghasilan penduduk tidak merata. Terjadi kesenjangan ekonomi yang besar. Pendidikan formal terhambat di daerah perkotaan saja. Orang-orang muda kehilangan teladan karena para pemimpinnya terlalu sibuk dengan konspirasi busuk. Moralitas bangsa menurun. Maka, sudah benarkah peradaban kita selama ini?

Kebobrokan kedua yaitu berkaitan dengan media massa. Kalau kita perhatikan, kasus-kasus kejahatan mendominasi pemberitaan di media massa. Ada banyak perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, kerusuhan, korupsi, dan perceraian di Negara kita. Segala macam kejahatan sudah dianggap sebagai hal biasa. Perceraian sudah merupakan tontonan massal sehingga hidup ini seolah-olah hanya masalah kawin dan dikawinkan. Seharusnya kita tersadar dan bangun dari tidur panjang bangsa kita ini. Kehalusan dan kebaikan budi pekerti banyak manusia Indonesia sudah kabur. Secara tidak disadari, media massa justru sudah menawarkan berbagai macam cara untuk berbuat jahat lewat laporan berita mereka (lihat: Kekerasan dalam Media Massa; Perspektif Kultivasi, oleh Nawiroh Vera, S.Sos). Apa yang aib di mata orang justru merupakan sumber rejeki bagi pihak lain.

Kebobrokan ketiga yaitu terbentuknya suatu imperialisme modern pada jaman ini. Mengutip apa yang dikatakan Ir. Soekarno dalam pidato besarnya (Indonesia Menggugat), imperialisme adalah suatu nafsu; suatu keinginan untuk mempengaruhi dan menguasai. Selain itu, Mr. Pieter Jelles Troelstra mengartikan imperialisme sebagai suatu kejadian dimana kapital-kapital menggunakan politik dalam suatu negeri untuk kepentingannya sendiri. Lalu, apa saja bentuk imperialisme jaman ini? Kita bisa lihat sendiri. Banyak perusahaan besar yang melebarkan sayap-sayapnya sehingga keseimbangan alam kita rusak parah. Namun, rakyat kecillah yang dipersalahkan. Banyak pahlawan rakyat yang dipenjarakan dan dibunuh. Kita tentu masih ingat akan kasus Marsinah, seorang pejuang kaum buruh yang harus mati demi sebuah kehidupan yang pantas! Contoh kedua yaitu berkembangnya pembangunan di kota-kota besar, yang justru menggusur pemukiman rakyat jelata. Ironisnya, sesuai isi UUD 1945, rakyat jelata adalah tanggung jawab Negara. Rakyat jelata tidak akan bisa berbuat apa-apa karena memang rakyat jelata tidak memiliki apa-apa!

Inilah kiranya beberapa wajah Negara kita yang menganggap dirinya sudah beradab dengan segala macam nilai-nilai yang selalu dijunjung tinggi. Namun kita masih punya harapan akan suatu kehidupan yang lebih baik. Kita masih mempunyai orang muda yang siap menyegarkan dan memperbaharui bangsa! Kita hendaknya berani menyuarakan ini dalam kehidupan kita: MERDEKA INDONESIA! MERDEKA LAHIR BATIN!

Kembali pada pertanyaan awal: SUDAH BERADABKAH KITA?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun