Mohon tunggu...
tri nurul
tri nurul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

😁

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artur Schopenhauer dan Filsafat Kehendak

9 Januari 2024   22:01 Diperbarui: 10 Januari 2024   01:13 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman yang mengembangkan sebuah karya yang sangat penting yang mempengaruhi tradisi filsafat secara keseluruhan. Sangat dipengaruhi oleh Immanuel Kant dan idealisme transendentalnya, memuji kebesaran Kant dalam banyak aspek sementara juga banyak mengkritik.

Schopenhauer menciptakan sistem metafisika ekstensif yang dijelaskan dalam magnum opusnya The World as Will and Representation dan beberapa prinsip filosofinya hadir dalam buku itu akan menjadi bagian integral bagi kita untuk memahami secara mendalam pandangannya tentang etika. Dalam The World as Will and Representation, Schopenhauer berpendapat bahwa dunia yang kita alami, dunia empiris, tidak ada dengan sendirinya tetapi semata-mata sebagai representasi yang diciptakan oleh subjek kognitif ketika berinteraksi dengannya, dan bahwa hal-dalam-dirinya, dunia sejati, ada sebagai kehendak, kekuatan pendorong buta dan tanpa tujuan yang hanya memiliki kehendak. Kehendak adalah esensi batin dari segala sesuatu yang ada.

Oleh karena itu, ditetapkan bahwa segala sesuatu ada dalam dua bidang yang terpisah: dalam bentuk transendental sejatinya sebagai kehendak dan dalam bentuk yang kita alami sebagai representasiPerspektif metafisik ini sangat mengingatkan kita pada Teori Forma atau Teori Ide Plato. Mengingat baik Plato maupun Schopenhauer menganggap dunia ada dalam dua cara yang terpisah, satu yang nyata atau transendental dan yang lainnya hanya gambaran atau empiris. Namun demikian, Schopenhauer menjelaskan bahwa melalui kontemplasi estetis kita dapat secara singkat melepaskan diri dari siklus ini. Hanya melalui interaksi kita dengan berbagai bentuk seni, kita dapat mengakses dunia dan objek-objek di dalamnya dalam bentuknya yang paling murni, memungkinkan kita untuk memahaminya dengan lebih baik. Seorang jenius, demikian sebutan pengarang, adalah orang yang mampu mengomunikasikan pengalaman ini kepada orang lain melalui penciptaan karya seni.

Ketika sampai pada esensi batin, sifat manusia tentu saja tidak berbeda. Kita didorong oleh kemauan yang selalu menginginkan, dan kemauan itu adalah sumber penderitaan manusia. Karena kita terus-menerus menginginkan sesuatu, kita juga terus-menerus menderita, karena ada hal-hal yang kita inginkan tetapi tidak dapat kita miliki. Kita tidak dapat memiliki semua yang kita inginkan pada saat yang sama dan segera setelah kita memiliki apa yang kita inginkan, kita tidak lagi menginginkannya.

Di Dunia sebagai Kehendak dan Representasi, dalam Buku IV, Schopenhauer mulai menyusun sistem etikanya. Mengambil inspirasi yang agak unik dari agama Buddha dan Hindu, perspektif etika ini didasarkan pada welas asih melalui penolakan kehendak. Kehendak adalah sumber egoisme yang ada pada setiap makhluk hidup dan hanya melalui penyangkalan kehendak kita dapat melampaui egoisme itu dan mengembangkan belas kasih kepada orang lain, yang mengarah pada keputusan dan tindakan yang etis.Kita mungkin memahami ini sebagai filsafat pesimis karena menganggap bahwa esensi batin dari segala sesuatu adalah apa yang tak terhindarkan dan terus-menerus membawa kita menderita. Menjadi ada adalah menginginkan dan menginginkan adalah menderita.

Nama : Tri Nurul Amalliah
Nim : 1512300002

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun