Orang tua merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Memutuskan bagaimana dalam membesarkan buah hati menjadi tantangan yang besar bagi setiap orang tua. Selalu ingin memberikan yang terbaik kepada anak merupakan naluri alami orang tua. Keinginan inilah yang membentuk pola asuh yang akan di berikan dan ditanamkan terhadap anak-anaknya.Â
Setiap orang tua, wajib mendampingi dan membimbing anak di beberapa tahap tumbuh kembangnya, muai dari mendidik, merawat, melindungi, dan mengarahkan anak dalam kehidupannya, sebagai bekal anak di masa yang akan datang. Namun, terkadang masih banyak orang tua yang tidak menyadari pola asuh yang diberikannya keliru dan menimbulkan dampak negatif bagi anak. Seperti terlalu memanjakan anak, terlalu sering mengkritik, menuntut, mengancam, bahkan sampai melakukan kekerasan fisik. Hal ini menimbulkan konsekuensi yang merusak bagi anak dan berdampak hingga ia dewasa.
Hindari perilaku-perilaku yang merujuk pada kekerasan fisik ketika menghadapi si kecil, jangan sampai gelar toxic parents terlabeli dalam diri kita sebagai orang tua. Gangguan kecemasan, self-esteem rendah, gangguan kesehatan jantung merupakan dampak dari toxic parenting. Hasil survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menunjukkan 4 dari 10 anak perempuan dan 3 dari 10 anak laki-laki yang berusia 13-17 tahun pernah mendapat kekerasan dengan berbagai macam bentuk kekerasan di sepanjang hidupnya.Â
Data dari Susenas MSBP tahun 2021 menunjukkan presentasi balita yang pernah mendapatkan pola pengasuhan tidak layak sebesar 3,69 persen, data ini menurun dibandingkan pada tahun 2018 yaitu sebanyak 3,73 persen. Dampak dari pola asuh yang tidak layak ini berakibat ke psikologis anak kedepannya.Â
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bagi orang tua untuk memberikan pola pengasuhan yang terbaik bagi buah hatinya. Smart Parenting merupakan keseluruhan dari apa yang orang tua lakukan baik besar maupun kecil, untuk menciptakan keseimbangan yang sehat dalam hubungan dengan anak-anak.
Smart Parenting menekankan pentingnya perasaan yang membantu orang tua dan anak dalam mengatasi berbagai macam emosi dengan pengendalian diri. Smart Parenting merupakan tindakan cerdas yang dilakukan orang tua lakukan untuk memberi panduan kepada anak dalam berinteraksi dengan lingkungan, baik dalam gaya bicara, tingkah laku, pengetahuan, maupun pola hidup. Lantas apa saja kah yang perlu kita lakukan saat mendidik anak?
Memberikan Pelajaran dengan Menentukan Cara Pelajaran yang Sesuai dengan Tingkat Usianya
Pada usia 0-2 tahun masuk pada tahapan sensori-motorik, mengenali lingkungannya dengan indra (sensor) dan tindakan (motorik). Si kecil akan mulai mencium, meraba, melihat dan menggerakkan anggota tubuhnya. Adapun cara mendirik anak pada usia ini adalah dengan terus mendampinginya serta memberi kasih sayang penuh sehingga si kecil merasa nyaman dan aman.Â
Beranjak usia 2-6 tahun orang tua akan menyambut periode (problem age) atau biasa dibilang periode bermasalah, disini anak akan mulai mengeluarkan banyak tingkah laku seperti tidak menurut, tempertantrums, keras kepala, ketakutan akan sesuatu dan lain sebagainya. Pada tahap ini ajarkan anak untuk membentuk pribadinya, ajarkan anak untuk belajar menjaga emosi terhadap perubahan agar si kecil memiliki emosi yang seimbang.Â
Usia 6-12 tahun merupakan masa anak-anak akan bersekolah dan mengenal lingkungan baru, disinilah pusat dari aspek intelektual anak akan dimulai. Ajarkan anak untuk menyesuaikan diri dengan teman-temannya, ajarkan mengenai perbedaan dan keberagaman.
Â