Mohon tunggu...
Tri Handayani Murti
Tri Handayani Murti Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate, Bachelor of Economics

Researcher

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jawabanku untuk Lima Tahun Lalu (1)

24 Agustus 2021   01:11 Diperbarui: 24 Agustus 2021   01:16 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima tahun lalu, mengatakan sebuah kalimat panjang kepadaku,

"Aku tak pernah paham akan jalan hidupmu, aku tak pernah mengerti dan paham akan pikiranmu, tak pernah mencapai nalar."

Lima tahun lalu, aku memang tidak dewasa. Aku memohon seseorang untuk tetap tinggal. Jangan sekalipun pergi. Bahkan aku tak mengindahkan diriku sendiri. Yah, bodoh yaa... Bahkan jika kamu tau setelahnya, aku masih memiliki pemikiran-pemikiran bodoh lainnya untuk mempertahankan sebuah hubungan. Dan hingga sekarang pun, hubungan itu tak pernah bisa kembali. Jika  dipikirkan sekarang, kata-kata itu sungguh menyakitkan juga yaa..  Sungguh sangat sakit.

Tapi dengan itu aku menyadari, aku mulai ingin memahami berbagai pemikiran orang lain. Lalu bertanya lagi kepada diri sendiri. Apakah jalan pikiranku memang menyimpang dari orang lain? Apakah aku tak pernah bisa dipahami oleh orang lain?

Makin aku belajar dengan mereka, makin aku sadar, setiap manusia memiliki pemikirannya masing-masing. Bahkan seseorang dengan usia sama, rasi bintang sama, hari kelahiran sama, atau pun pergaulan yang sama, mereka punya jalan pikirannya masing-masing. Mereka terbentuk dan membentuk jalan hidup mereka masing-masing. 

Tidak ada yang salah. Tidak ada yang benar-benar benar. Tapi aku juga ingin belajar satu hal. Apapun jalan pemikiranmu, jangan kamu mengusik orang lain. Akuilah dirimu,, kamu memiliki pemikiran seperti itu. Terima itu. Tapi sekali lagi, kamu juga perlu memperhatikan orang lain yang berkaitan denganmu, dengan pemikiranmu secara langsung. Berikan sekat pada setiap padat maka kamu akan merasa lebih erat.

Saat ini aku terus mencoba belajar. Aku tak pernah berniat menjadikan jalan pikiranku seperti orang lain. Aku ingin menjadi diriku sendiri. Aku ingin membuat bahagiaku dan salah satunya dengan tidak mengganggu orang lain. Terimakasih, untuk kata-kata yang pernah mampir lima tahun lalu. Berkatmu, aku punya kemauan lebih keras untuk sebuah pemahaman dari pemikiran. 

Ingatlah, kita tak perlu memahami setiap pemikiran. Tak ada yang memaksa kita untuk memahaminya. Dan buatlah dirimu nayaman dengan apa yang ada pada dirimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun