INI sih masih seputar cadar, jilbab dan terorisme tetapi merembet ke urusan bra. Pagi tadi seorang teman mengupload rekaman video dari sebuah stasiun televisi di Facebook. Isinya seorang wanita bertanya kepada pakar tafsir Al Quran, Profesor Quraish Shihab tentang bagaimana hukumnya memakai jilbab untuk wanita dan aplikasi terhadap keluarga Pak Quraish. Dan, ternyata Pak Quraish tetap berpendapat jilbab adalah masalah khilafiah, pendapat ganjil menurut pandangan ulama Salaf. Intinya Quraish berpendapat "berjilbab baik" tetapi harus tumbuh dari hati dan tanpa "paksaan". Beberapa hari lalu pimpinan Al-Azhar, institusi pendidikan tertinggi di dunia Sunni, telah memerintahkan para siswi untuk melepas niqab (cadar) selama kunjungan mereka ke sekolah Al-Azhar dan akan membuat larangan resmi pemakaian penutup wajah (cadar) di sekolah-sekolah. "Kenapa kamu mengenakan cadar ketika duduk di kelas sementara semua temanmu wanita?" tanya Imam Besar Al-Azhar, Syekh Mohamed Sayyid Tantawi, kepada seorang siswi kelas 8. Syekh Tantawi bersikukuh niqab adalah sebuah tradisi dan tidak ada hubungannya dengan Islam. Yang membuat saya bertanya-tanya adalah kenapa kontroversi ini kembali mencuat. Apa latar belakang "fatwa" Syekh Tantawi? Rupanya, biangnya adalah terorisme. Maraknya wanita mengenakan cadar telah menggelisahkan pemerintah dan beberapa kalangan intelektual Al-Azhar. Mereka cemas, cadar akan menyuburkan aksi terorisme dan ekstremisme. Apa salahnya cadar Lalu apa yang salah dengan cadar dan apa kaitannya dengan terorisme. Jawabannya barang kali karena sebagian besar teroris, termasuk teroris di Indonesia, mewajibkan keluarga wanitanya memakai cadar. Mereka berpendapat cadar adalah wajib dalam Islam. Kalau bisa mereka akan memaksa semua orang di dunia masuk Islam, lalu semuanya memakai cadar. Agar pendapatnya didengar, para teroris memakai cara-cara kekerasan. Mengebom, membunuh dan menculik. Tetapi, bukankah banyak orang bercadar bukan teroris? Banyak orang bercadar karena merasa nyaman dari mata-mata jail. Itulah mungkin masalahnya. Andai saja semua penganjur dan pemakai cadar mengharamkan terorisme, tentu tidak ada kesan bahwa pemakai cadar adalah teroris atau setidaknya pendukung teroris. Pendeknya, gara-gara terorisme, banyak orang malah cemas jika syariat Islam dipaksakan. Pak Quraish dan Syekh Tantawi mungkin saja khawatir perilaku brutal yang dilakukan gerilyawan Al Shabaab di Somalia akan mewabah ke seantero dunia. Pekan lalu, Al Shabaab melarang perempuan Somalia mengenakan bra karena menurut mereka tidak sesuai dengan hukum Islam. Ekstremis Muslim ini bergerilya di jalanan, mencari perempuan yang mengenakan bra. Jika ketahuan mengenakannya, perempuan itu disuruh melepaskannya sembari mengguncang payudaranya, plus menerima hukuman cambuk. Jadi, terkadang saya berangan-angan, andaikan saja tidak ada teroris. Tentu saja Pak Quraish dan Syekh Tantawi tak perlu risau memikirkan jilbab dan cadar. Semua tergantung pemahaman kita tentang Islam, terserah mau memakai cadar, jilbab, bra atau tidak sama sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H