Apakah kabinet pak Beye merepresentasikan kemajemukan dan dimensi pluralisme NKRI? Sambil menikmati secangkir teh hangat, kita tanya ke mbah Google atau pakde Wiki dan kita suruh si pintar Excel mengolah temuan datanya, guna melihat keterwakilan gender, agama, suku, alumni, rentang usia dan garis keturunannya atau klannya.
Perlu diketahui, bahwa kabinet baru pak Beye yang dilantik Rabu, 19 Oktober 2011, dengan jumlah 34 Kementerian, dan ditambah 3 pejabat setingkat menteri. Kemudian dari 19 wakil menteri, ada 13 yang merupakan jabatan baru pos wakil menteri. Iseng-iseng, sambil chating dan fesbukan, nanyain ke mbah Google tentang jenis kelamin, umur, pendidikan, etnis dan beberapa informasi lainnya para menteri yang tergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu II.
Namun demikian, nama Syarif Tjitjip Sutarjo yang agak jarang informasinya terentri atau nyangkut di mbah Google. Barangkali memang jarang diulas wartawan, meski sempat jadi ketua Hipmi. Terutama profil pribadinya.
Keseluruhan data yang tersimpan di mbah Google atau pakde Wiki ditabelkan, di mana menteri dan wakil menteri serta lembaga/badan setingkat menteri digabung, dengan jumlah total 34menteri dan 3 ketua lembaga setingkat menteri dan 19 wakil mentri. Keseluruhannya berjumlah 56 orang.
Setelah diotak-atik, dengan si pintar Excel, hasilnya seperti ini:
1. Keterwakilan gender dan agama Jika dilihat dari jenis kelamin, maka ada 50 menteri dan wakil menteri pria dan 6 menteri/wakil menteri wanita. Yang wanita menjadi menteri jumlahnya 3, jumlah wakil menteri yang wanita juga 3. Mayoritas menteri dan wakil menteri beragama Islam (50 orang), sementara yang beragama Kristen 3 orang, Katolik 2 orang dan Hindu 1 orang. Menteri kesehatan dan pemberdayaan perempuan sejak pak Beye memang didominasi wanita.
2. Keterwakilan suku/etnis
Jika dilihat dari sukunya (maaf, ini hanya dilihat dari tempat kelahirannya), maka dari 56 menteri dan wakil menteri tersebut ada 19 orang bersuku Jawa, 7 orang Sunda, 4 orang Bugis, 2 orang Banjar/Kalsel, 2 orang Lampung, 4 orang Betawi, 3 orang Minang, 3 orang Batak, 2 orang Aceh, 2 orang Manado/ Sulut, 1 orang Papua, 1 orang maluku/Ambon, 1 orang keturunan China, 1 orang keturunan Arab. Barang kali tidak semua suku terwakili, karena ini mungkin berbeda dengan DPR atau DPD.
3. Keterwakilan perguruan tinggi/alumni (hanya dilihat saat S1) Kecuali menteri yang berasal dari parpol, yang berlatar belakang profesional, umumnya berasal dari universitas negeri yang ternama. Dan ternyata lulusan ITB cukup banyak yang menjadi menteri/wakil menteri, Jumlah menteri/wakil menteri yang sekolah di ITB (S1-nya) ada 9 orang, disusul alumni UI, 7 orang, alumni UGM 6 orang, alumni akademi TNI 4 orang, alumni IPB 3 orang, alumni Unpad 3 orang, alumni Unikris (Univ Krinadwipayana) 3 orang, alumni IAIN 2 orang, alumni Undip 2 orang, dan alumni ITS, UT, Unpati, Untar, Unibraw, STMIK, AIS (Akademi Ilmu Statistik), UKI dan Univ Darul Ulum Jombang masing-masing 1 orang.
Sedang yang S1-nya di luar negeri masing-masing dari Madinah University 1 orang, Havard University 1 orang dan London School of Economic 1 orang.
Dari pendidikan menteri/wakil menteri tersebut, 8 orang bergelar professor/guru besar, 26 orang S3, 8 orang S2 dan 11 orang S1. Yang mengherankan (dan ini perlu ditanya kebenarannya di mbah Goggle), ada 1 menteri yang lulusan SMA, yaitu Dahlan Iskan.