Mohon tunggu...
Tri May Noorman
Tri May Noorman Mohon Tunggu... -

Sederhana saja...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Surat untuk Saudaraku

26 November 2013   08:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:40 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Lestari!

Apa kabar saudaraku Pecinta Alam?

Sudah lama kita tak bersua. Sungguh amat rindu diri ini kepadamu. Saudaraku, masih seperti dulukah Pecinta Alam saat ini? Dimana Pecinta Alam menempatkan dirinya sebagai pemelihara alam bukan penikmat alam ataupun penakluk alam (penakluk puncak). Dimana kita selalu memulai dari diri kita sendiri dengan menjaga kebersihan diri kita, kemudian kamar tidur kita dan rumah kita. Dan kita selalu membuang sampah sekecil apapun pada tempatnya.

Saudaraku kita suka mendaki gunung, menjadi penggiat alam bebas (panjat tebing,arung jeram,diving dll) namun kita tidak melupakan untuk tetap menjaga keseimbangan alam dan kelestarian. Saudaraku, sering meilhatkah kau Pecinta Alam saat ini? Sungguh ironi saudaraku, di satu sisi mereka berteriak lestarikan alam namun di sisi lain mereka juga merusaknya. Saudaraku, sebagian dari mereka mengaku pecinta alam namun kenyataan mereka hanya penikmat alam bahkan perusak. Mereka sungguh sombong saudaraku, mereka terlalu bangga ketika mampu mencapai puncak gunung dan mengibarkan benderanya disana. Mereka terlalu kejam ketika menyayatkan namanya di bebatuan dan pepohonan.

Saudaraku, dulu kita bersatu untuk merawat alam ini. Namun kini pecinta alam bersaing untuk membesarkan nama benderanya. Mereka sibuk menggelar lomba, menggelar kampanye lingkungan.

***********

Saudaraku kabarku baik-baik saja seperti salah satu pohon yang kutanam dan kurawat hingga saat ini.

Aku selalu ingat saudaraku,dimana nyawa kita terancam oleh penebang liar.

Aku mengerti keluh kesahmu saudaraku. Itu yang selalu kita khawatirkan bersama "Akankah anak cucu kita bisa melihat pepohonan dan mencium hawa dingin pegunungan?"

Zaman sudah berubah saudaraku, waktu menggerus zaman memmajukan teknologi dan mengubah pola pikir manusia. Keangkuhan, kesombongan dan kerakusan adalah sifat manusia saudaraku. Kita pun memilikinya namun kita mampu untuk mengaturnya.

Aku pun tak mengerti saudaraku arti akan lambang kegagahan yang terjahit di jaket mereka, juga bendera kesombongan yang berkibar di puncak gunung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun